Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PARA tersangka penyerangan Kantor Polda Sumatra Utara juga berencana melakukan aksi serupa di markas Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mereka telah melakukan survei ke Markas Komando Daerah Militer (Kodam) Bukit Barisan.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan ada dua dari tiga tersangka yang ditangkap hidup berperan melakukan survei.
Dari hasil pemeriksaan, tersangka Syawaluddin Pakpahan, 43, disebut menyuruh tersangka Firmansyah Putra Yudi, 42, untuk menyurvei Markas Komando Satuan Brimob Polda Sumut dan Kodam Bukit Barisan. Di Kodam Bukit Barisan, Firmansyah berencana menjadikan anggota pos penjagaan sebagai target penyerangan, sama seperti di Markas Satuan Brimob Polda Sumut.
Tidak hanya sampai di situ, Syawaluddin juga mempelajari area di Kantor Polsek Tanjung Morawa, Markas Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur), bersama tersangka Hendri Pratama alias Boboy, 20.
Boboy juga ikut memantau kondisi di Yon Zipur dengan maksud membunuh dan merampas senjata api anggota pos yang berjaga. Di tempat lainnya, Firmansyah juga disebut menyurvei Kompleks Asia Megamas Medan dengan target WNI keturunan Tionghoa.
"Semuanya jadi target," kata Rikwanto, dalam konferensi pers gelar barang bukti hasil penggeledahan rumah empat terduga teroris penyerang Kantor Polda Sumut, di Mabes Polri, Jakarta, kemarin (Jumat, 30/6).
Satu terduga teroris, yakni Ardial Ramadhan, yang juga pelaku penusukan Ipda (Anumerta) Martua Sigalingging, tewas di lokasi dengan luka tembak oleh peluru polisi.
Khusus untuk pola penjagaan Kantor Polda Sumut, keempatnya menyurvei selama satu minggu dan mereka mendapati kelemahan di pintu tengah. Polri akan merekonstruksi untuk memastikan kebenaran pengakuan para tersangka ini.
"Artinya, kami gelarkan ke lapangan dari mana, bagaimana, kapan (surveinya) itu dilakukan, pagi, siang, sore dan untuk memastikan dari pengakuan mereka," ujar Rikwanto.
Salah satu tersangka, Syawaluddin Pakpahan, disebut pernah ke Suriah untuk berperang. Ia berangkat pada 2013 dan berada di negara yang konflik tersebut selama enam bulan.
"Dia pinjam uang ke bank sebanyak Rp20 juta untuk pergi ke Suriah bergabung," jelas Rikwanto. Setelah itu, Syawaluddin pulang ke Indonesia dan merekrut tiga orang rekannya yang terlibat dalam penyerangan di Kantor Polda Sumut.
"Setelah pulang, dia menularkan paham radikal kepada kelompoknya yang direkut sehingga melakukan aksi terorisme berupa pembunuhan terhadap anggota Polri," papar Rikwanto.
Polisi masih melakukan pendalaman terkait orang-orang yang dekat dan dihubungi Syawaluddin di Suriah. "Di sana berinteraksi dengan siapa sedang kami dalami. Namun, memang dalam sisi ideologi sudah sangat kental warna IS (Islamic State)-nya dan dia mencoba menjadikan di Indonesia itu daerah operasinya dengan mencoba menyerang pos penjagaan dan mencari senjata," kata Rikwanto.
Buku untuk anak-anak
Ketika menggeledah rumah Syawaluddin, di Jalan Pelajar Ujung, Gang Kecil, Medan, Sumut, polisi menemukan ratusan buku tentang IS. Buku itu diduga ditujukan untuk anak-anak.
Di bagian depan terdapat gambar bendera hitam IS serta wajah pimpinan IS Abu Bakar Al Baghdadi. Kalimat propaganda terpampang di sampul depan yang ditulis sebagai pernyataan khotbah Al Baghdadi.
"Untuk masalah menargetkan anak-anak itu memang sudah lama, sejak TK, SD. Sudah kami saksikan bersama bagaimana mereka dilatih, dikasih seragam, dikasih senjata, didoktrin, itu teknik-teknik sudah lama. Anak-anak bersih dimasuki ideologi ke depan jadi mantap," tutur Rikwanto.
Dikatakan Rikwanto, IS menganggap anak-anak efektif untuk direkrut karena sifatnya masih polos. Dengan begitu, anak-anak diarahkan untuk menjadi pengikut. "Ada pengiriman ke paham tertentu, siapa pun yang direkrut mereka dengan pegang buku itu jelas afiliasi ke mana, diarahkan ke mana," tutur Rikwanto.
Saat ini polisi sedang mendalami penyebaran buku tersebut. Total ada 155 buku yang disita saat penggeledahan di rumah Syawaluddin. Polri juga turut mengamankan pelat master untuk mencetak buku tersebut.
Pascapenyerangan Kantor Polda Sumut pada Minggu (25/6) dini hari, Polri meningkatkan kewaspadaan pos penjagaan dan markas polisi di seluruh Tanah Air. Kapolres Hulu Sungai Utara AKB Agus Sudaryatno di Amuntai, Kalimantan Selatan, mengingatkan personelnya agar senantiasa peka dan tanggap terhadap kemungkinan adanya aksi penyerangan oleh pelaku teror. (P-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved