Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Teror di Jantung Polisi

Akmal Fauzi
01/7/2017 11:32
Teror di Jantung Polisi
(Sumber: Humas Polri/Tim MI)

SEUSAI rakaat terakhir salat Isya, kemarin (Jumat, 30/6), puluhan jemaah di Masjid Falatehan di Jl Falatehan No 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dikejutkan oleh hardikan dari seseorang yang bernama Mulyadi.

Waktu itu sekitar pukul 19.40 WIB. Sekonyong-konyong lelaki berusia 28 tahun yang berdiri di saf ketiga tersebut lalu menusuk dua anggota Brimob yang persis berada di sampingnya dengan sebilah sangkur sambil meneriakkan kata thagut (kafir).

Masjid Falatehan yang berada di samping Gedung Peruri itu hanya sepelemparan batu dari Mabes Polri yang berada di seberangnya.

"Sebagian (anggota) Brimob kabur. Dia (Mulyadi) ngejar anggota Brimob yang kabur ke arah kanan. Dia ngincer aparat," kata Ferdi, saksi mata, yang ikut salat berjemaah.

Mulyadi yang tercatat sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi dan tinggal di Jl Pagaulan RT 012/05 Cikarang Selatan, Bekasi, itu kemudian berlari ke arah Terminal Blok M. Sejumlah polisi pun mengejarnya. Ketika diberikan tembakan peringatan, Mulyadi berbalik lalu menantang sembari mengacung-acungkan pisau di tangannya.

"Anggota Brimob mengejar, pelaku lari, diberi tembakan peringatan tidak diindahkan. Karena tidak digubris, kemudian pelaku dilumpuhkan (ditembak), langsung tewas," ujar Ferdi.

Dua anggota Brimob menjadi korban penusukan Mulyadi, yakni Komandan Kompi Resimen 1 Gegana Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan anggota Resimen 3 Pelopor Briptu M Syaiful Bakhtiar.

Mereka menderita luka di telinga dan pipi. Keduanya kini dirawat di RS Polri Soekamto, Kramatjati, Jakarta Timur. "Tujuannya leher, tetapi anggota mengelak sehingga kenanya di pipi," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan.

Ke depan, Iriawan memerintahkan kepada jajarannya untuk memperketat markas kepolisian baik di tingkat polsek, polres, maupun polda. “Saya sudah perintahkan maksimal baik penjagaan mako termasuk juga pengamanan personel yang sedang bertugas.”

Terpisah, Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan, pengamanan sudah diperketat selama 6 bulan terakhir berkaitan dengan perkembangan situasi global. Saat ini kondisi global disebut tidak kondusif. “Situasi global tidak kondusif dari aspek stabilitas keamanan terutama radikalisme, ekstremisme dan terorisme,” ujarnya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto mengakui, hingga kini pihaknya belum mengetahui identitas Mulyadi dan apakah terlibat dalam jaringan IS atau tidak. Polisi hanya menyebutkan serangan ini mirip teror di Markas Polda Sumut, Minggu (25/6). "Ini hampir sama kayak di Medan, nyerang anggota," ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto.

Kejadian di Markas Polda Sumut berlangsung Minggu (25/6) sekitar pukul 03.00. Ketika itu, dua terduga teroris menyerang dua anggota kepolisian yang tengah beristirahat di pos jaga.

Pelaku menikam leher, dada, dan tangan anggota polisi bernama Aiptu M Sigalingging hingga meninggal dunia dan Brigadir E Ginting yang mengalami luka parah.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menilai penyerangan terhadap aparat kepolisian sudah pada tahap yang memprihatinkan. Teror ini harus dilawan tidak hanya oleh aparat, tetapi oleh seluruh masyarakat.

"Saya minta jajaran pemda meningkatkan koordinasi dan ikut mengamankan wilayah. Begitu juga di tingkat RT/RW harus dimulai diaktifkan siskamling," tandas Tjahjo.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menyatakan aksi teroris di masjid bukan hal baru.

"Penyerangan kepada dua anggota Brimob merupakan aksi dari IS yang mulai terdesak. Mereka hadirkan teror dan polisi dianggap sebagai thagut karena dianggap menghalangi mereka."(Cah/Ric/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik