(Barak prajurit Komando Rayon Militer 1707-08/Agats, Kabupaten Asmat, Papua--MI/Indriyani Astuti)
KETERBATASAN merupakan suatu kondisi yang harus dialami para prajurit TNI dalam pengabdian mereka menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercinta. Tidak terkecuali prajurit Komando Rayon Militer (Koramil) 1707-08/Agats, Kabupaten Asmat, Papua. Mereka tidak keberatan tinggal di barak berdinding kayu dengan atap seng, tepat di belakang markas koramil.
Barak kayu yang terdiri dari ruang tamu, satu kamar tidur, dan dapur seadaanya itu ditempati sejumlah keluarga prajurit. Bukan hanya jauh dari rasa nyaman, akses ke Koramil 1707-08/Agats yang terletak di Kabupaten Asmat itu sulit dicapai dengan kendaraan darat, kecuali <>speedboat dan helikopter.
Apabila bertolak dari Bandar Udara Mozes Kilangin di Mimika, Papua, waktu yang harus ditempuh sekitar 1 jam menuju lapangan Ewer di Agats. Kondisi tersebut mendapat perhatian dari Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat melakukan kunjungan kerja ke lokasi pada Selasa (29/12). Ia pun berjanji untuk mendirikan rumah dinas supaya kesejahteraan prajurit lebih baik.
Hal itu tak hanya terkait dengan jumlah barak yang tidak mencukupi bagi 47 prajurit TNI, tetapi juga soal efisiensi agar keluarga mereka bisa tinggal bersama di situ. Dengan demikian, mereka tak terlalu lama mengambil cuti saat mengunjungi keluarga.
Sejumlah keluhan pun meluncur. Misalnya, para prajurit harus mengontrak karena tidak adanya rumah dinas. Biaya Rp800 ribu pun harus mereka keluarkan tiap bulan dari kantong pribadi. "Setahun kami membayar kontrakan Rp800 ribu," ucap seorang prajurit kepada Panglima.
Selain soal hunian, para prajurit juga menyampaikan mengenai sulitnya akses. Pasalnya belum ada jalan darat sehingga para prajurit harus menyewa <>speedboat dengan harga relatif tinggi untuk mobilitas ke daerah lain.
"Kami harus sewa <>speedboat dan cari BBM. Beli BBM Rp14 ribu-Rp18 ribu per liter. Total biaya yang dikeluarkan Rp185 ribu untuk BBM dan masih harus sewa speedboat pulang-pergi Rp1,5 juta," ujar seorang prajurit bernama Daniel.
Mungkin para prajurit memang dilatih hidup dalam semua kondisi, tetapi keluarga mereka tetap butuh kehidupan sosial. Demi mempermudah mobilitas para anggota TNI yang bertugas di daerah terpencil dan terisoliasi, Panglima memutuskan akan memberikan 10 <>speedboat bermesin 40 PK ditambah lima motor bertenaga listrik.(P-4)