TINGKAT kekerasan di Papua selalu meningkat di penghujung tahun dalam dua tahun terakhir. Kendati demikian, Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini TNI dan Polri akan mengambil langkah-langkah keras untuk menegakkan hukum di Papua sehingga kekerasan segera bisa diatasi. "Tentu, pihak-pihak yang melakukan penembakan harus diusut dan dihukum. Kita tegakkan hukum di mana pun di Indonesia ini. Siapa yang bersalah tentu harus mendapat langkah-langkah hukum," tandas Wakil Presiden di Jakarta, kemarin. Presiden Joko Widodo, sebagaimana dikatakan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, juga meyakini kasus kekerasan di Papua bisa diatasi.
"Itu tidak menyurutkan keinginan beliau untuk merayakan Tahun Baru di Papua. Malah beliau menyampaikan itu sebagai hal yang tetap harus diprioritaskan untuk diselesaikan," ujar Pramono Anung di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin. Wapres dan Sekretaris Kabinet menegaskan hal itu saat menanggapi adanya penyerangan dan penembakan terhadap Kantor Polsek Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, sekitar pukul 20.45 WIT, Minggu (27/12). Bahkan sekitar pukul 10.15, kemarin, sempat ada informasi bahwa pesawat Trigana Air yang ditumpangi Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw beserta rombongan yang kembali dari meninjau Polsek Sinak juga ditembaki.
Namun, informasi itu dibantah Kapolda. Menurut Waterpauw, memang benar ada bunyi tembakan saat pesawat mereka melintas, tetapi itu bukan mengarah pada pesawat yang ia tumpangi. "Di bawah memang ada masyarakat yang menari-nari dan mengeluarkan tembakan," ujar Kapolda. Pramono menuturkan Presiden sudah meminta Kapolri dan Panglima TNI menyikapi penembakan yang menyebabkan tiga polisi gugur tersebut. "Presiden berkeyakinan persoalan itu tetap bisa diatasi." Ada kaki tangan Penyerangan terhadap Kantor Polsek Sinak didahului adanya suara tembakan dari arah belakang kantor. Setelah itu, kelompok kriminal bersenjata tersebut merangsek ke dalam kantor dan menembak lima petugas jaga. Tiga polisi gugur akibat tembakan tersebut, yakni Briptu Muhamad Rasyid Ridho Matdoan, Bripda Muhamad Armansyah, dan Bripda Ilham. Dua lainnya, Briptu Dumapa dan Bripda Rian, terkena luka tembak di tangan. Selain itu, kelompok penyerang tersebut membawa kabur 2 pucuk senjata AK 47, 3 senjata Moser, 2 senjata SS1, dan 1 peti amunisi.
Hasil analisis sementara pihak kepolisian menyebutkan tenaga bantuan operasi Polsek Sinak berinisial DK diduga menjadi kaki tangan kelompok penyerang. DK yang dipekerjakan sebagai pembantu itu sudah bekerja selama empat tahun di Polsek Sinak. Ia diduga membukakan pintu belakang sehingga 25 anggota kelompok bersenjata tersebut dapat memasuki kantor polsek lalu menembaki lima petugas tersebut.
Tembakan pertama mengenai tangan Bripda Rian sehingga yang bersangkutan langsung berusaha menyelamatkan diri lewat ruangan kapolsek dan melompat melalui jendela lalu lari menuju markas koramil yang berjarak sekitar 150 meter dari Polsek Sinak. Begitu pula salah satu anggota, Bripda Dumafa, juga bisa meloloskan diri dengan menabrak 15 penyerang sambil berteriak meminta tolong menuju markas Koramil Sinak. Tiga anggota lainnya yang tak bisa meloloskan diri diberondong peluru hingga gugur. Kekerasan di penghujung tahun di Papua juga terjadi pada Desember 2014. Saat itu, dua peristiwa di waktu dan tempat yang berbeda membuat lima warga sipil serta dua anggota Brimob tewas. Sejak Desember 2014 sampai Desember 2015 tercatat lebih dari 10 kasus kekerasan terjadi di seluruh wilayah Papua dengan korban tewas 24 orang.