Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Ketika Keselamatan Jadi Utama

Victor Nababan Laporan dari Jepang
08/9/2016 00:45
Ketika Keselamatan Jadi Utama
(DOK. TOYOTA INDONESIA)

DATA Global Status Report on Road Safety 2015 yang dipublikasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan sekitar 1,24 juta jiwa per tahun jadi korban kecelakaan lalu lintas jalan raya. Itu berarti rata-rata 3.400 orang meninggal dunia tiap harinya akibat kecelakaan lalu lintas dari berbagai negara di dunia. Angka itu diprediksi meningkat, tak ada upaya nyata mencegahnya. Menurut prediksi, pada 2020, korban meninggal dunia akibat kecelakaan bisa mencapai 1,9 juta jiwa. Inilah yang memotivasi Toyota untuk lebih fokus dalam pengembangan teknologi keselamatan berkendara.

"Mencegah kecelakaan dan meminimalisasi kerusakan dalam kecelakaan adalah dua fokus yang selalu jadi perhatian utama bagi Toyota," ujar Assistance Chief Safety Technology Office Toyota Motor Corporation, Seigo Kuzumaki, pada acara Toyota Technology Media Trip 2016 di pusat riset dan pengembangan Toyota, di Higashi-Fuji, Jepang, Senin (29/8). Toyota secara khusus mengundang sekitar 100 wartawan dari Asia Pasifik ke Jepang pada 27 Agustus-3 September 2016, untuk menyaksikan langsung teknologi yang diusung pabrikan otomotif itu. Menurut Kuzumaki, kunci berkendara yang aman terletak pada pengemudi.

Namun demikian, pihaknya sangat meyakini teknologi membantu pengemudi menghindari kecelakaan yang tidak terduga.
Selama ini sumber utama korban kecelakaan lalu lintas dari tabrakan antarsesama kendaraan (vehicle-on-vehicle collisions), penyimpangan jalur (traffic lane departures), dan kurangnya penerangan di waktu malam (poor night visibility). Ketiga hal itu jadi perhatian utama Toyota untuk mengembangkan teknologi keselamatan berkendara sehingga menghasilkan berbagai safety features. Dalam mengembangkan teknologi keselamatan, Toyota berpegang prinsip tiap kecelakaan melibatkan tiga pihak, yaitu manusia, kendaraan, dan situasi lalu lintas. Maka itu, teknologi harus mengacu interaksi ketiga faktor tersebut agar dapat dikendalikan sehingga dampak tabrakan dihindari atau ditekan seminimal mungkin. "Kami menyebut pendekatan ini sebagai integrated three-part initiative," ujar Kuzumaki. Pada sisi lain, melalui Integrated Safety Management Concept, Toyota mengembangkan teknologi keselamatan berkendara, mulai berangkat sampai tempat tujuan dan saat parkir, yang terintegrasi dalam satu sistem.

Active safety technology
Salah satu teknologi keselamatan yang dikembangkan ialah active safety technology. Teknologi ini untuk membantu pengemudi menghindari situasi bahaya di jalan agar bisa mencegah kecelakaan. Seperti teknologi untuk membantu pengemudi mempertahankan jarak dengan kendaraan di depannya, dynamic radar cruise control (DRCC), ini amat membantu pengemudi saat melakukan perjalanan jauh agar bisa lebih rileks. Kemudian lane keeping assist (LKA) yang membantu pengemudi agar selalu berada dalam jalur tepat. LKA dirancang untuk mengingatkan pengemudi ketika sistem mendeteksi kendaraan menyimpang dari jalur lalu lintas. Sistem ini juga dapat bekerja sama dengan sistem DRCC yang membantu pengemudi mengarahkan dan menjaga kendaraan tetap pada jalur. Ini penting karena menurut survei NHTSA di Amerika Serikat, 37% penyebab kecelakaan yang memicu kematian ialah kendaraan tiba-tiba menyimpang ke luar jalur.

Selanjutnya, ada teknologi intelligent adaptive front-lighting system (AFS) untuk mengarahkan headlamp sesuai dengan sudut antara pengemudi dan kecepatan kendaraan pada malam hari sehingga visibilitas pengemudi makin meningkat saat menikung. Ada juga sistem untuk memberi peringatan pada pengemudi jika kendaraan mereka menyimpang dari jalurnya, lane departure alert (LDA). Kamera lensa tunggal yang digunakan dalam sistem ini akan mendeteksi posisi kendaraan terhadap marka jalan putih atau kuning. Ketika mobil mulai meninggalkan jalur, pengemudi akan diingatkan melalui suara dan visual. Automatic high beam (AHB), sistem ini membantu pengemudi mendeteksi sumber cahaya terdekat seperti lampu kendaraan di depannya. AHB secara otomatis akan menyesuaikan pencahayaan lampu kendaraan sesuai dengan kecepatan sehingga memastikan pengemudi mendapat visibilitas yang optimal. Sistem ini juga mendeteksi dari jauh jika ada pejalan kaki.

Pre-Collision Safety
Teknologi lainnya ialah pre-collision safety. Secara umum, teknologi ini memberi peringatan kepada pengemudi jika ada potensi kecelakaan. Saat potensi itu terdeteksi, pengemudi segera mendapat peringatan agar bisa melakukan manuver. Misalnya, pre-collision brake assist (PBA), untuk membantu pengereman. Jika pengemudi kurang kuat mengerem, sistem otomatis menambah kekuatan pengereman agar tabrakan terhindar. Lalu, automated braking, yang mengerem kalau terdeteksi tabrakan tidak bisa dihindari. Fitur ini membantu mengurangi kerusakan akibat tabrakan. Toyota juga mengembangkan sistem teknologi yang menghubungkan secara otomatis pengemudi atau penumpang pada pihak-pihak yang bisa memberi bantuan seperti polisi atau rumah sakit masih dalam jangkauan jaringan ponsel. Sistem ini membantu memperpendek waktu penumpang mendapat layanan darurat dan mencegah terjadinya kecelakaan sekunder. (S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya