Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DI tengah gemuruh sorak-sorai ribuan penonton, Cristiano Ronaldo berjalan gontai menuju ruang ganti seusai timnya disingkirkan Maroko di perempat final Piala Dunia 2022, Sabtu (10/12). Dari tayangan kamera televisi, penyerang Portugal itu bahkan terlihat menangis sembari mengusap air matanya di lorong Stadion Al Thumama. Sehari sebelumnya, bintang Brasil Neymar da Silva Santos Junior alias Neymar juga sesenggukan di lapangan setelah timnya didepak Krosia melalui drama tos-tosan di babak yang sama.
Ronaldo dan Neymar adalah dua pria macho. Setidaknya, begitu kesan yang disimbolkan para pengiklan selama ini. Dalam tayangan pariwara berbagai produk yang mereka bintangi, dari otomotif, perangkat elektronik, pakaian, cairan pencuci rambut, hingga alas kaki, mereka dikonstruksikan sebagai pria-pria gagah. “Jika ingin terlihat keren, pakailah produk yang digunakan dua pemain ini,” begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan para pengiklan. Biasa, namanya juga pedagang.
Lantas, apakah dengan begitu para pria gagah ini tidak boleh menangis? Boleh-boleh saja. Menangis adalah hal yang manusiawi. Pesepak bola juga manusia. Menurut ilmu psikologi dan kesehatan, keluarnya air mata antara lain dipicu oleh emosi yang berlebihan, entah karena sedih, terharu, atau bahkan gembira. Tangis Neymar dan Ronaldo bisa jadi karena rasa kecewa berlebihan lantaran harapan mereka untuk mengangkat trofi di ajang tersebut tidak kesampaian. Apalagi, bagi Ronaldo, tahun ini merupakan penampilan terakhirnya di timnas.
Anda, terutama pendukung Brasil dan Portugal, mungkin juga kecewa atau bahkan barangkali juga ikut berkaca-kaca menyaksikan kekalahan tragis itu. Tidak apa-apa, itu lumrah, kok. Enggak usah malu. Itu artinya, sebagai pemirsa dan penikmat sepak bola, Anda telah mendalami peran dengan baik. Sepak bola memang bukan sekadar permainan. Ia adalah pentas mini kehidupan. Seperti halnya hidup, selain kegembiraan dan harapan-harapan, di dalamnya kadang terselip ironi, juga tragedi.
Dalam lakon kali ini, Al Rihla, bola resmi buatan Adidas yang digunakan pada perhelatan ini, berperan sebagai algojo yang mengeksekusi nasib Ronaldo, Neymar, dan sejumlah pemain lainnya, termasuk tim tuan rumah yang harus puas cuma sampai babak penyisihan. Malam nanti, bola yang diproduksi di Pakistan dan Tiongkok itu akan kembali berperan sebagai eksekutor. Ia bakal menentukan nasib Prancis dan Argentina, apakah keluar sebagai pemenang atau pecundang.
Sebagai penggemar sepak bola, entah kenapa tahun ini saya (yang biasanya fanatik pada tim Inggris) menjagokan Argentina. Namun, melihat perjalanan tim ini dari babak penyisihan hingga ke partai puncak, kekaguman saya sedikit tercoreng. Itu lantaran ulah Lionel Messi. Terutama saat ia dengan provokatif mengejek pelatih Belanda, Louis van Gaal, seusai mencetak gol di menit ke-73. Tidak hanya itu, pemain yang dijuluki La Pulga (si Kutu) ini juga memaki striker Belanda, Wout Weghorst, setelah pertandingan.
Menurut saya, tindakan itu kurang elok dan tidak bermutu. Dalam sebuah kompetisi kita tetap harus menghormati lawan. Jadi, seandainya malam nanti Dewi Fortuna membentangkan kedua sayapnya di Stadion Lusail untuk melindungi dan berpihak ke kubu Prancis, saya pun kiranya tidak akan menangis. Paling dalam hati saya cuma akan bersenandung lirih, Don’t cry for me Argentina…. Wasalam.
Berkat prestasi itu, para Army (sebutan untuk fan BTS) membandingkan musikus idola mereka dengan band legendaris Inggris, The Beatles.
BEBERAPA hari lalu, seorang kawan membagikan video di akun Facebook-nya.
Resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi minus di dua kuartal berturut-turut. Sejumlah negara, termasuk Singapura, malah sudah terjerembap lebih dulu.
SEJAK tiga bulan terakhir, saya jadi sering nonton Youtube, tapi bukan gosip atau talk-show politik. Berat dan membosankan.
IA hanya sehelai kain. Dilengkapi dua tali pengikat, ukurannya cuma pas untuk menutupi hidung hingga dagu.
SAYA senyum-senyum sendiri ketika membaca salah satu laporan di New York Times yang diunggah pada 19 Oktober 2020
Lippi mundur setelah Tiongkok kalah 1-2 dari Suriah di laga kualifikasi Piala Dunia 2020.
PDRM meminta individu yang menjadi korban agar tampil membuat laporan ke polisi.
Sebelum membidik Piala AFF 2020, Tae-yong diharapkan bisa memberi raihan maksimal untuk Indonesia di tiga laga tersisa kualifikasi Piala Dunia 2022.
Pertandingan babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang sedianya dilangsungkan Maret digeser ke Oktober dan laga bulan Juni menjadi bulan November 2020.
Gugatan hukum AS itu berkaitan dengan skandal korupsi besar-besaran pada 2015 yang membuat FIFA bergolak dan membuat presiden FIFA saat itu, Sepp Blatter memilih mundur
Sekretaris Kemenpora, Gatot S Dewa Broto, mengatakan pemerintah dan PSSI memang telah merekomendasikan enam stadion sebagai tempat penyelenggaraan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved