Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Menginisiasi Gerakan Nasional Sayang Ibu

Budi Santoso Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dokter spesialis obstetri dan ginekologi
24/12/2021 05:00
Menginisiasi Gerakan Nasional Sayang Ibu
(MI/Seno)

ANGKA kematian ibu (AKI) merupakan tolok ukur tingkat kesejahteraan suatu bangsa. Namun, sayangnya, tingginya AKI masih merupakan masalah utama di Bumi Pertiwi. Betapa tidak? Berbagai upaya untuk menurunkan AKI masih belum membuahkan hasil signifikan.

Apabila becermin pada data AKI selama 20 tahun (1994-2015), penurunan AKI masih sangat landai, yaitu dari 390 menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, target pada 2015 melalui program global Millennium Development Goals (MDGs), AKI seharusnya turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Artinya, Indonesia masih ketinggalan jauh dan mendapat 'rapor merah' dalam eveluasi MDGs 2015.

Perjuangan untuk menurunkan AKI terus berlanjut. Kali ini, Indonesia dihadapkan dengan target global yang sudah sering kita dengar, yakni Sustainable Development Goals (SDGs). Program yang berjalan hingga 2013 itu menargetkan bahwa AKI harus turun hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup. Tentunya, hal itu bukan pekerjaan mudah. Lalu, bagaimana dengan pemerintah Indonesia?

Pemerintah, melalui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) per lima tahun (2020-2024), menetapkan penurunan AKI sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup. Baru berjalan beberapa bulan dari target tersebut ditetapkan, Indonesia dihadapkan dengan pandemi covid-19, yang pada kenyataannya sangat berimbas kepada peningkatan jumlah kematian ibu di Indonesia.

AKI di masa pandemi ini meningkat sangat luar biasa di Jawa Timur, yakni sekitar 600 per tahun. Terhitung sepanjang Januari-November 2021, angka kematian ibu sebesar 1.153 (Dinkesprov Jatim). Tentu, hal itu menjadi keprihatinan yang sangat mendalam.

Berdasarkan data Kemenkes RI hingga 14 Desember 2021, jumlah kematian ibu Januari-November 2021 ialah 6.002 kematian ibu. Jumlah itu jauh melebihi jumlah kematian ibu pada lima tahun terakhir (2016-2020), yakni di kisaran 4.197 sampai 4.903. Peningkatan tajam jumlah kematian ibu tersebut, 40% (atau sebanyak 2.354 orang) di antaranya terjadi pada ibu dengan positif covid-19.

Ancaman covid-19 sebagai akselerator kematian ibu tidak hanya disebabkan kondisi umum ibu hamil yang cenderung lebih lemah sehingga membuatnya lebih rentan terinfeksi oleh penyakit, tetapi juga dari sisi manajemen pelayanan kesehatan, seperti fasilitas pelayanan kesehatan yang tutup atau dibatasi jam pelayanannya. Juga, sistem rujukan yang cukup rumit hingga kekhawatiran ibu untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, serta kecemasan akan pandemi di kalangan ibu hamil yang semakin menurunkan imunitas mereka.

Alhasil, pandemi covid-19 menjadi masalah baru, di samping masalah klasik penyebab kematian ibu, yakni 3 Terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat mendapat penanganan), selain 4 Terlalu (terlalu muda hamil, terlalu tua hamil. terlalu dekat jarak kehamilan, dan terlalu banyak hamil).

 

Mengurai masalah AKI

Salah satu upaya penyelesaian masalah AKI di Indonesia ialah dengan meningkatkan jumlah sumber daya manusia kesehatan (SDMK). Saat ini, jumlah bidan, dokter umum, dan dokter spesialis obgin semakin bertambah meskipun sempat banyak nakes berguguran akibat pandemi.

Salah satu hasil dari upaya peningkatan jumlah SDMK dapat dilihat dari cakupan layanan pemeriksaan kehamilan. Hampir seluruhnya (96,3%) dilakukan tenaga kesehatan (Riskesdas, 2018). Angka itu tentu sudah sangat tinggi. Namun, yang masih menjadi pertanyaan ialah apakah kualitas pemeriksaan kehamilan itu sudah memadai? Apakah mampu mendeteksi dengan baik kasus risiko tinggi dengan benar? Apakah sudah melakukan intervensi anemianya, interveni defisiensi vitamin A. Selain itu, apakah sudah melakukan intervensi terhadap defisiensi mikronutrien? Tentu ini harus menjadi bahan kajian bersama.

Selain itu, berdasarkan Laporan Kinerja Kemenkes 2020, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan bahkan telah melebihi target nasional. Target indikator kinerja 2020 sebesar 87%, sementara capaian kinerja indikator pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan 2020 ialah 93,31%. Meski masih perlu upaya peningkatan cakupan regional pada beberapa provinsi, jika dilihat dari data-data tersebut, secara logika, AKI seharusnya bukan lagi menjadi masalah utama di negeri ini. Namun, mengapa yang terjadi justru sebaliknya?

Jika dilihat lebih jauh, masalah kematian ibu juga sangat dipengaruhi faktor nonmedis, seperti faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Pendekatan penyelesaian masalah dari sisi nonmedis sebenarnya juga sudah dan sedang diupayakan. Misalnya, penguatan tata kelola, peningkatan akses layanan bagi ibu dan bayi, peningkatan kualitas layanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Semua upaya itu tentunya membutuhkan upaya keras kita bersama. Tidak hanya dari sektor kesehatan. Namun, semua sektor nonkesehatan harus bahu-membahu, mencari akar masalah masih tingginya angka kematian ibu, yang menjadi tolok ukur kesejahteraan suatu bangsa.

 

Rekomendasi

Kepedulian dan partisipasi aktif dari berbagai sektor sangat dibutuhkan untuk menurunkan AKI di Indonesia. Hal itu dapat kita lihat, misalnya keterlibatan organisasi masyarakat seperti Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk upaya pendampingan ibu hamil.

Sisi lain, juga bisa melalui upaya menjadikan kepemilikan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) sebagai syarat administrasi pembiayaan persalinan oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Bisa juga keterlibatan pemerintah daerah terkait dengan dukungan alokasi dana yang memadai untuk program-program penurunan kematian ibu, baik program fisik maupun nonfisik, termasuk upaya regionalisasi rujukan maternal, dan masih banyak upaya strategis lain yang membutuhkan kerja sama lintas sektoral, juga, aplikasi yang digagas Dinkes Jatim, FK Unair, POGI, IDAI, dan Satgas Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Penakib), yang diberi nama Buaian, yaitu inovasi berupa skrining digital gratis berbasis web dan chatbot, yang bisa diakses oleh ibu hamil di mana saja khususnya Jawa Timur.

Inovasi itu diharapkan mampu meningkatkan skrining pada ibu hamil sehingga kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dapat dideteksi sesegera mungkin dan ibu hamil yang perlu dirujuk dapat segera dirujuk serta mendapat penanganan dengan baik. Aplikasi itu tentu bisa dikembangkan lebih luas lagi secara nasional. Karena itu, melalui momentum Hari Ibu 22 Desember, mari kita satukan tekad dalam Menginisiasi Gerakan Nasional Sayang Ibu, untuk bahu-membahu menurunkan AKI guna menyelamatkan jutaan ibu dan calon ibu di Indonesia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya