Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Hari Kesehatan Nasional dan Pandemi

Margana Wiratma Wartawan dan pegiat komunikasi sosial, anggota Komisi Komsos KWI
12/11/2021 05:00
Hari Kesehatan Nasional dan Pandemi
Margana Wiratma Wartawan dan pegiat komunikasi sosial, anggota Komisi Komsos KWI(Dok. Istimewa)

BANYAK orang tak sadar bahwa tanggal 12 November ialah Hari Kesehatan Nasional (HKN). Kemasyhurannya di benak khalayak pasti kalah dengan Hari Pahlawan atau Hari Sumpah Pemuda yang terjadi beruntun. Padahal, peringatan HKN ke-57 tahun ini, mestinya disambut gegap gempita karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Semua orang ingin sehat. Apalagi, kita ingin bebas dari ancaman covid-19.

Tema peringatan HKN ke-57 tahun ini ialah Sehat negeriku, tumbuh Indonesiaku. Hal itu berkaitan erat dengan gerakan segenap insan untuk memerangi pandemi korona. Selama dua tahun, kita dihajar wabah covid-19. Selain banyak korban berjatuhan, pertumbuhan ekonomi kita mandek. Bahkan, beberapa kali mengalami pertumbuhan minus. Maka, dalam peringatan HKN ke- 57, yakni ada tren penyebaran virus korona menurun, diharapkan pertumbuhan ekonomi pun menggeliat pulih. Itulah semangat yang digelorakan dengan tema HKN ke-57 kali ini.

 

Sejarah HKN

Sejarah HKN bertolak dari peristiwa 12 November 1959. Ketika itu, Presiden Soekarno secara simbolis melakukan penyemprotan DDT (dichloro diphenyl trichloroethane) di Desa Kalasan, Yogyakarta, sebagai awal gerakan membasmi malaria di seluruh Indonesia. Penyemprotan untuk membendung penyebaran penyakit malaria yang mewabah ketika itu. Acara penyemprotan oleh Presiden Soekarno, dilakukan di dalam rumah karena nyamuk pembawa parasit malaria memang suka hinggap di dinding atau pakaian yang tergantung di rumah.

Gerakan membasmi malaria pada 1959 dilakukan Dinas Pembasmian Malaria, yang diubah namanya menjadi Komando Operasi Pemberantasan Malaria (Kopem) pada 1963. Selain penyemprotan bagian dalam rumah penduduk, Kopem juga melakukan penyuluhan ihwal ancaman dan pencegahan penyebaran parasit dan nyamuk malaria. Setelah lima tahun, operasi pembasmian malaria dianggap berhasil. Sekitar 63 juta penduduk Jawa, Bali, dan Lampung diselamatkan dari demam malaria. Maka, 12 November 1964 ditetapkan sebagai peringatan HKN yang pertama.

Sejarah HKN yang ditandai dengan pembasmian malaria itu bisa dikaitkan dengan situasi saat ini, kita menghadapi pandemi covid-19. Tatkala itu malaria menjadi masalah kesehatan yang dialami bangsa Indonesia. Hal serupa kita hadapi saat ini, yakni ancaman virus korona, yang bahkan mengancam dunia.

Malaria 60-an tahun lalu dan covid-19 saat ini, merupakan wabah yang berkecamuk di tengah masyarakat. Keduanya memiliki kemiripan mengancam kesehatan masyarakat secara luas. Kini, kita gigih memerangi serangan virus korona. Namun, pada peringatan HKN, kita juga mesti siaga menghadapi berbagai penyakit yang menjadi ancaman pula bagi kesehatan setiap insan.

Di tengah masyarakat, kita masih dihantui penyakit lain, seperti penyebaran demam berdarah dan TBC. Wabah itu memerlukan penanganan yang serius karena masih merebak di berbagai pelosok negeri ini. Selain itu, masyarakat juga menghadapi masalah PTM atau penyakit tidak menular. Biasanya penderita mengatasi PTM dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau RS. Penanganan PTM seperti diabetes melitus, jantung, dan kanker mengalami hambatan. Masyarakat kurang leluasa memanfaatkan pelayanan kesehatan karena adanya wabah korona.

Pelayanan kesehatan untuk PTM menjadi kurang terkontrol selama pandemi. Padahal, sejumlah PTM itu merupakan penyakit penyerta (komorbid) yang bisa mempermudah penularan dan memperberat penderita covid-19 dan sering meningkatkan risiko kematian.

Selain itu, masih ada pula masalah kesehatan lain seperti stunting dan kurang gizi. Sejak kasus pertama diketahui dua tahun silam, sampai saat ini tercatat ada 4,24 juta kasus positif, 4.09 juta sembuh, dan 143 meninggal (Media Indonesia, 7/11/2021).

 

Tren menggembirakan

Kondisi Indonesia cenderung membaik. Dengan gerakan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), sejak pertengahan Agustus lalu menunjukkan tren menggembirakan. Beberapa daerah sudah menerapkan PPKM level satu. Artinya, tingkat penularannya sudah rendah. Capaian vaksinasi dosis satu minimal 70% dan vaksinasi warga lansia di atas 60%. Beberapa kantor nonesensial boleh buka dengan kapasitas 75%. Syaratnya, karyawan sudah vaksinasi dan menggunakan aplikasi Pedulilindungi pada waktu masuk kantor.

Beberapa sekolah juga sudah diperkenankan melakukan pembelajaran tatap muka dengan kapasitas 50%. WHO pun melaporkan saat ini di Indonesia tak ada lagi provinsi yang berisiko tinggi dan sedang. Artinya, seluruh provinsi telah masuk level satu. Berdasarkan laporan WHO (4/11/2021), kasus covid-19 di Indonesia terus mengalami penurunan sejak Agustus 2021. Angka proporsi tes positif secara nasional tetap di bawah 2% selama enam minggu terakhir.

Laman resmi Covid-19.go.id (1/11/2021) juga merilis pengumuman bahwa langkah yang dilakukan Indonesia dalam mengatasi penularan dan pencegahan virus korona berhasil. Angka kasus covid-19 mengalami penurunan drastis. Posisinya di level satu dari risiko penularan covid-19. Data itu dikutip dari unggahan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Diseases Control and Prevention-CDC) AS.

Angka CDC itu diperoleh dari laporan WHO untuk menentukan Travel Health Notice, tentang ancaman kesehatan bagi kunjungan wisata dari seluruh dunia. Walau tingkat penularan sudah masuk level satu, kita tetap waspada dengan senantiasa menaati protokol kesehatan sebagai gerakan untuk menangkis serangan virus korona yang bisa datang setiap saat. Gerakan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, tetap harus dilakukan. Hal ini sesuai dengan tema HKN tahun ini bahwa setiap orang harus mendorong ‘Negeriku Sehat, Indonesiaku Tumbuh’. Masyarakat diharapkan tetap waspada karena serangan covid-19 belum usai. Virus itu masih mengintai.

 

Pertumbuhan ekonomi

Dengan kian meredanya penularan virus korona dan meningkatnya mobilitas masyarakat, diperkirakan pertumbuhan ekonomi pun segera merayap naik. Pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 memang mengalami penurunan menjadi 3,51%, lebih rendah dari kuartal II/ 2021 sebesar 7,07%. Namun, dengan keberhasilan penanganan covid-19 yang ditandai menurunnya angka positif sejak pertengahan Agustus dan penurunan PPKM ke level satu, diperkirakan mobilitas masyarakat meningkat. Pemerintah memproyeksikan kuartal IV/2021 pertumbuhan ekonomi menjadi 4,5%. Kinerja ekonomi terus mengalami perbaikan karena keberhasilan penanganan covid-19 dan berbagai program perlindungan sosial.

Aktivitas masyarakat mengalami perbaikan sejak Indonesia mampu mengendalikan covid-19. Indikator belanja masyarakat sudah menunjukkan ke level recovery yang cukup baik. Indikator lain yang mampu menopang pertumbuhan ialah surplus neraca perdagangan nonmigas yang terus meningkat sejak September sebesar US$4,37 miliar.

Peringatan HKN ke-57 ini diharapkan menjadi momen komunikasi politik yang memadai agar masyarakat berpartisipasi dalam meraih cita-cita bersama Sehat negeriku, tumbuh Indonesiaku. Di dalam masyarakat yang sehat, ada pertumbuhan ekonomi dan kehidupan yang pesat.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik