Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Perjuangan Dalam Sunyi Seorang Perempuan

Rizki Rahmawati, DPKL Bank Indonesia
05/4/2021 22:25
Perjuangan Dalam Sunyi Seorang Perempuan
Rizki Rahmawati(Dok pribadi)

SETIAP kali memasuki April, ingatan kita tentu akan melayang pada sosok perempuan Indonesia bernama Raden Ajeng (RA) Kartini. Dialah yang disebut-sebut sebagai sosok di balik perjuangan hak-hak wanita sehingga dapat setara dengan pria. 

Dari beberapa literatur yang saya baca, terdapat dua fun facts dari RA Kartini yang akan saya ulas dengan konsep berandai-andai. Andai RA Kartini hidup di 2020, apa yang dapat dilakukan agar bermanfaat bagi masyarakat dan orang-orang terdekat? 

Mengelaborasi hal tersebut tidak mudah, karena tantangan di 1800-an hingga 1904 sangat berbeda dengan saat ini. Saat ini semua hal terkesan lebih mudah karena sudah majunya teknologi di Indonesia (relatif dibandingkan beberapa tahun yang lalu). Namun efek dari kemajuan teknologi tersebut telah melahirkan implikasi serta dampak yang perlahan menjadi tantangan tidak hanya bagi kaum wanita.
 
Terlebih dengan adanya pandemi wabah covid-19 yang menyerang hampir seluruh negara di dunia, maka perjuangan khususnya kaum perempuan menjadi sangat unik untuk dibahas. Berikut ulasan fun facts dimaksud; 

1. RA Kartini sangat suka membaca
Dilahirkan dari keluarga ningrat, Kartini tumbuh berkecukupan dan diperkenankan mengenyam pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School) namun hanya sampai 12 tahun. Dengan akses pendidikan yang cukup memadai di kala itu, Kartini dapat memahami bahasa Belanda dengan sangat baik. Kartini banyak membaca surat kabar terbitan Semarang yang bernama De Locomotief dan diasuh Pieter Brooshooft. Dia juga menerima leestrommel (kumpulan majalah yang diedarkan toko buku kepada pelanggan langsung). 

Selain itu juga ada majalah kebudayaan, ilmu pengetahuan yang tergolong cukup berat dan juga ada majalah wanita Belanda yang bernama De Hollandsche Lelie.

Fakta ini patut diteladani oleh para perempuan dari masa ke masa. Kebiasaan gemar membaca justru sangat berguna di zaman sekarang, karena membangun pengetahuan yang luas tentang berbagai hal. Sehingga dapat menghindarkan kita dari berita yang tidak sesuai fakta. Kemajuan teknologi saat ini telah menyebabkan suatu informasi dapat beredar secara luas hanya dengan satu ketukan jari di ponsel pintar, baik fakta maupun berita yang tidak sesuai fakta/hoaks. Kartini masa kini harus dapat menyaring informasi yang fakta dan hoaks sebelum menyebarkan kepada orang lain.

Meski terdengar sepele, faktanya banyak wanita yang mudah tertipu dengan informasi hoaks dan langsung menyiarkan atau membagi tautan. Jelas akan sangat bermanfaat jika wanita saat ini punya pengetahuan luas dan pintar dalam membagi informasi valid untuk kemajuan bersama.

2. RA Kartini berperang dalam 'sunyi'
Goresan sejarah mencatatkan bahwa Kartini banyak berperang dalam tulisan dan artikel yang dibuat. Berbeda dengan pahlawan kemerdekaan yang sering kita baca di buku sejarah, berperang melawan penjajah dengan bambu runcing. Peraturan di masa itu tidak mengizinka anak perempuan mendapat pendidikan. Dia harus taat dengan tata krama daerah. Hanya anak dari pejabat atau kalangan ningrat saja yang berhak mengenyam pendidikan, itupun hanya sampai usia 12 tahun. Setelah usia 12 tahun itu anak perempuan harus dipingit dan sudah siap menikah.

Keadaan tersebut membuat RA Kartini prihatin dan merasa harus membuat perubahan. Oleh karena itu, ia rajin membaca dan mengirim surat kepada sahabat-sahabatnya di Belanda yang berisi keprihatinannya terhadap keadaan tersebut. Dalam banyak keterbatasan, Kartini tetap produktif dengan terus menulis surat serta artikel-artikel yang membahas pentingnya kesetaraan gender.

Tak ubahnya keadaan saat ini di 2020, dengan adanya pandemi covid-19 telah mengubah hampir keseluruhan aspek kehidupan termasuk membatasi ruang gerak dan aktivitas kita. Wanita karir terpaksa bekerja dari rumah, para penggiat seni diharuskan menghentikan kegiatannya. Ibu dan bapak guru pun terpaksa memberikan mata pelajaran lewat daring. Namun apakah itu semua mematahkan semangat Kartini masa kini? Tentu tidak.

Kartini masa kini harus lebih produktif dan tetap menjalankan kegiatannya di rumah. Bagi wanita karir, tetap menjalankan pekerjaan dari rumah dengan kualitas yang sama dengan di kantor. Bagi penulis ataupun penggiat seni tetap berkarya dan produktif menghasilkan karya-karya terbaiknya meski hanya di rumah. Tentu semua itu dengan berbagai macam bantuan teknologi.

Keterbatasan bagi Kartini yang dipingit di masa lalu, dan bagi kita yang sedang melawan penyebaran pandemi covid-19 seharusnya menjadi momentum unjuk kemampuan. Kita harus untuk lebih produktif sekaligus meluangkan waktu dan hati bagi keluarga tercinta di rumah, yang mungkin biasanya terbatas karena rutinitas pekerjaan.

Keteladanan Kartini sangat menginspirasi setiap wanita. Ia tidak ingin wanita hidup dalam kegelapan, sehingga setelah perjuangannya berakhir saat ini wanita dapat menjadi 'terang'.

Rizki Rahmawati, Peserta Worskhop Penulisan Majalah Fokus BI 2021



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya