Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
EKSPRESI kebanggaan telah memiliki transportasi Moda Raya Terpadu alias Mass Rapid Transit (MRT) terpancar di wajah warga yang mendapat kesempatan mencobanya pada Sabtu (23/3) lalu.
Seminggu terakhir warga silih berganti menjajal transportasi massal modern yang dirintis oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama pada 2013. Dalam tempo enam tahun, hasilnya membuahkan sejarah.
Tidak heran bila warga ingin mencoba, lebih lagi mumpung lagi gratis. Mereka berdatangan dari berbagai wilayah di Jabodetabek. Ledakan penumpang tak terelakkan pada hari Sabtu (23/3). Kuota yang tersedia buat 285.000 orang akhirnya ditambah menjadi 407.040 penumpang.
Beberapa orang yang ditemui mengaku datang dari Bogor dan Tangerang. Mereka mengaku bangga dan puas telah menikmati perjalanan dengan MRT.
Beroperasinya MRT akan menularkan peradaban baru terutama terkait kedisiplinan. Mulai dari antre dan tepat waktu masuk ke dalam MRT agar tidak terjepit di pintu, serta yang tidak kalah penting ialah menjaga kebersihan.
MRT Lebak Bulus–Stasiun Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 16 Km menghubungkan 13 stasiun diproyeksikan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan raya.
MRT ditargetkan dapat mengangkut 130.000 – 170.000 penumpang harian. Namun angka tersebut dipastikan belum akan dapat mengurai kemacetan karena setiap hari sebanyak 18 juta kendaraan masuk Jakarta.
Tingginya urbanisasi di Ibu Kota hanya bisa diatasi dengan konsep sektor transportasi Jabodetabek. Sinyal ke arah sana sudah terlihat. Atas instruksi Presiden Joko Widodo, pemerintah akan membentuk satu badan khusus.
Badan khusus ini yang akan mengordinasikan semua transportasi meliputi MRT, Trans-Jakarta, Light Rail Transit (LRT), dan Kereta Rel Listrik (KRL). Di tangan badan khusus, pembangunan MRT diharapkan bukan hanya diarahkan ke utara Jakarta tapi juga ke barat dan timur serta keempat kota penyangga.
Langkah itulah yang dilakukan Negeri Tirai Bambu menyikapi tingginya urbanisasi ke Beijing. China menyiapkan anggaran sekitar Rp3.000 triliun untuk merealisasikan MRT dengan panjang lintasan 4.300 Km pada 2012.
MRT dibuat tidak hanya melintasi kota terdekat Beijing tapi 34 kota sekaligus. Saat itu lalu lintas di Beijing hampir stagnan. Kemacetan Jakarta belum apa-apa dibandingkan Beijing pada tujuh lalu.
Pembangunan transportasi terpadu merubah wajah Beijing lebih luwes. Kini peringkat kemacetan dunia telah berubah. Kota termacet disandang Los Angeles, diikuti Moskow, Bangkok, serta Jakarta. Kota Istanbul mengikuti, disusul Mexico City, Saint Petersburg, Beijing, Guangzhou, dan Chongqing.
Kini Jakarta juga sudah memiliki MRT. Kemacetan dari selatan sedikit banyaknya akan berkurang. Namun sentuhan MRT masih jauh dari cukup. Dalam semangat mengatasi kemacetan Jakarta, pengoperasian transprotasi air perlu juga mendapat pertimbangan.
Pada era Sutiyoso menjabat Gubernur DKI (1997-2007), jalur transportasi air sejauh 1,7 Km (Tanah Abang-Halimun) lewat Banjir Kanal Barat sudah sempat diuji coba. Saat itu, jalur dari Tanah Abang juga tengah diniatkan diperpanjang hingga Manggarai, kawasan moda transportasi berbasis rel.
Jalur Banjir Kanal Timur pun dipersiapkan. Perencanaan sudah matang dan ditetapkan ke dalam program pola transportasi makro Pemprov DKI Jakarta 2003.
Di masa lalu angkutan sungai memang menjadi satu andalan jenis transportasi di Jakarta. Pada akhir tahun 1800-an hingga awal 1900-an, perahu berlayar lancar melintasi Kali Krukut dari kawasan Kota sampai Tanah Abang. Jika sejarah dapat diulang, transportasi air dari utara ke pusat tentu akan mengurangi kepadatan lalu lintas di jalan raya Ibu Kota.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved