Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PRESIDEN Tiongkok, Xi Jinping, memiliki mimpi besar untuk memproduksi pemain sepak bola papan atas layaknya negara Eropa dan Amerika Latin.
Demi mewujudkannya, ia mendirikan ribuan akademi sepak bola sebagai tempat penggodokan para pemain muda yang nantinya akan dikembangkan menjadi pesepak bola profesional yang bisa memenangi Piala Dunia--turnamen yang baru mereka ikuti sekali.
Akademi-akademi baru bermunculan di daerah Guangzhou yang terletak di Provinsi Guangdong, daerah selatan 'Negeri Tirai Bambu' tersebut.
Satu di antaranya akademi terbesar di dunia, Sekolah Sepak Bola Evergrande, Guangzhou, yang kini telah melatih 2.000 atlet.
Sayangnya, para ahli menilai ada banyak kecacatan dalam proses pengembangan sepak bola Tiongkok sehingga berpotensi menyebabkan kegagalan.
Tom Byer, pelatih berbasis di Jepang yang disewa Tiongkok untuk memantau perkembangan di akademi tersebut, mengatakan negeri itu telah berada di jalur pembinaan yang salah.
"Banyak negara menghabiskan ratusan juta dolar untuk mengembangkan sepak bola melalui akademi dan mereka juga memiliki klub profesional. Namun, di mana pemain yang mereka hasilkan?" ujar Byer.
Daripada mengandalkan akademi, Byer mengatakan anak-anak harus disemangati untuk mengolah bola sejak usia dini.
Megabintang Amerika Latin, seperti Lionel Messi dan Neymar, menjadi contoh karena mereka mempelajari sebagian besar kemampuan di rumah dan di jalanan, bukan di akademi.
Senada, mantan kapten sepak bola timnas Inggris, Rio Ferdinand, setuju Tiongkok harus mulai mengembangkan sepak bola sejak usia dini.
Bahkan, anak-anak harusnya sudah memiliki keahlian dasar sebelum mereka menginjakkan kaki di akademi.
"Ini bukanlah rencana untuk jangka waktu lima tahun, melainkan harus 10, 15, bahkan 20 tahun karena mereka harus memulainya dari sangat bawah. Mereka harus mulai dari sekarang di Tiongkok, dimulai dari usia tujuh tahun ke bawah," jelas Ferdinand.
"Kalau anak-anak usia muda di sana memiliki kemampuan bergerak dan dengan teknik sepak bola dari usia yang sangat dini, mereka pasti bisa lebih maju daripada Inggris. Mereka akan mengungguli negara-negara yang menjadi acuan mereka karena kami (Inggris) tidak mengonsentrasikan sepak bola pada usia itu," jelasnya.
Meski sistem akademi mereka dikritik, Tiongkok masih memiliki kesempatan untuk memajukan sepak bola.
Pada faktanya, pemerintah juga menjadikan sepak bola sebagai kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah.
Para murid di sekolah dasar mulai mempelajari sepak bola selama 1 jam setiap hari.
Mantan Direktur Eksekutif Manchester United dan Chelsea, Peter Kenyon, mengatakan penerapan kurikulum tersebut merupakan kesempatan besar bagi Tiongkok untuk mengembangkan bakat-bakat pesepak bola sejak usia dini.
"Fakta sepak bola masuk agenda pendidikan, 1 jam sehari, itu saja sudah memberikan Tiongkok kesempatan untuk menjadi salah satu kekuatan sepak bola dunia," tandas Kenyon. (AFP/Rul/R-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved