Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BERHARAP klub-klub besar dunia membuat gebrakan transfer di jendela musim dingin ini tampaknya akan sulit.
Sudah menjadi rahasia umum tim-tim raksasa di liga-liga besar dunia, semisal Liga Primer atau La Liga, lebih suka melakukan pergerakan jual beli di bursa transfer musim panas.
Di belahan dunia lain, tepatnya Tiongkok, roda perputaran uang di jendela transfer justru tengah memanas.
Dalam kurun sepekan terakhir, dua pemain yang tak asing di sepak bola internasional hanya tinggal menunggu waktu untuk merapat ke negara terpadat di Benua Asia itu.
Tidak lama setelah Shanghai SIPG mengklaim telah membajak Oscar dari Chelsea dengan nilai 58 juta pound sterling, Shanghai Shenhua dilaporkan berhasil merayu Carlos Tevez untuk meninggalkan klub asal kampung halamannya di Argentina, Boca Juniors.
Oscar akan berlabuh sebagai pembelian termahal yang pernah dicatat di Liga Super Tiongkok.
Di Shanghai SIPG, ia bakal kembali bereuni dengan mantan juru taktik Chelsea, Andre Villas-Boas, dan menerima gaji 400 ribu pound per pekan.
Sementara itu, Carlitos--sapaan Tevez--menerima gaji lebih fantastis lagi, yakni 615 ribu pound per pekan.
Jumlah itu nyaris merupakan gabungan gaji dua pemain terbaik dunia saat ini, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, yang masing-masing 'hanya' menerima 365 juta pound per pekan.
Kehadiran dua pemain itu akan menambah kesemarakan Liga Super Tiongkok yang musim depan memulai kick-off pada Februari 2017.
Sebelumnya, mantan bintang-bintang Liga Primer lain sudah terlebih dahulu berkompetisi di 'Negeri Tirai Bambu'.
Mantan pemain the Blues lainnya, Ramires dan Demba Ba, masing-masing berseragam Jiangsu Suning dan Shanghai Shenhua.
Graziano Pelle hijrah ke Shandong Luneng dari Southampton serta mantan winger Arsenal, Gervinho, membela Hebei China Fortune.
Bukan hanya pemain, para pelatih pun tidak segan duduk di bangku cadangan klub-klub Tiongkok.
AVB yang kini membesut Shanghai SIPG sejak awal bulan ini sudah menggantikan posisi Sven Goran Eriksson, sedangkan Manuel Pellegrini menukangi Hebei China Fortune selepas dipecat Manchester City.
Sementara itu, mantan bos Sunderland, Gus Poyet, baru-baru ini ditunjuk sebagai pelatih Shanghai Shenhua.
Masih produktif
Pertimbangan utama para pemain memutuskan berlaga di luar liga-liga yang kompetitif, seperti Inggris, Spanyol, Italia, dan Jerman, biasanya ialah motif ekonomi.
Mereka ingin tetap bermain dengan tekanan yang jauh lebih ringan, tapi dengan bayaran sama atau bahkan lebih besar.
Biasanya, Liga Amerika Serikat (MLS) menjadi pilihan, seperti dilakukan David Beckham, Andrea Pirlo, Frank Lampard, dan Steven Gerrard.
Namun, Liga Super Tiongkok memiliki magnet berbeda.
Pemain-pemain yang berlabuh di sana bukanlah 'barisan panti jompo', melainkan para pemain yang masih dalam usia produktif.
Tevez memang sudah berusia kepala tiga, tepatnya 32 tahun, tapi ia masih bisa menjaringkan 9 bola dalam 17 penampilan bersama Boca Juniors sejak 2015.
Sepanjang musim 2013-2015, pemain berjuluk el Apache itu juga mampu mencetak 50 gol bersama klub terbesar Seri A, Juventus, serta membawa I Bianconeri ke final Liga Champions 2014.
Sementara itu, Oscar baru genap berusia 25 tahun pada September lalu, usia yang merupakan masa emas dalam sepak bola.
Rekan senegaranya asal Brasil, Alex Teixeira, juga masih berumur 26 tahun saat dirinya menolak tawaran Liverpool untuk menerima pinangan Jiangsu Suning, Januari ini.
Begitu pula Paulinho yang menanggalkan seragam Tottenham Hotspur untuk menuju Guangzhou Evergrande, tahun lalu.
Striker andalan Arsenal, Alexis Sanchez (28 tahun), bahkan dikabarkan segera mengikuti jejak mereka karena hingga kini belum juga menandatangani kontrak baru dengan the Gunners.
Mantan bek the Reds, Jamie Carragher, menyebut langkah mereka naif.
Namun, banyak pula pengamat yang mengatakan anak-anak muda itu bertindak realistis karena mereka butuh waktu bermain reguler, hal yang tidak bisa didapat jika mereka bermain di klub besar.
Bisnis besar
Apa pun alasannya, tidak dapat dimungkiri Liga Super Tiongkok merupakan ancaman besar bagi klub yang tidak ingin kehilangan pemain hanya karena iming-iming harta.
"Pasar Tiongkok berbahaya bagi semua klub di dunia, bukan hanya Chelsea," ujar pelatih Chelsea, Antonio Conte.
"Kini kita semua harus konsentrasi pada diri sendiri dan tidak terlalu memikirkan Tiongkok hanya karena mereka memiliki banyak uang. Liga (Inggris) ini masih menjadi yang terbaik di dunia karena kompetitif," tandasnya.
Shanghai SIPG, Shanghai Shenhua, Jiangsu Suning, serta klub juara liga dalam enam tahun beruntun, Guangzhou Evergrande Taobao, menjadi klub-klub asal 'Negeri Panda' yang tak segan menggelontorkan dana besar untuk menggaet pemain incaran mereka.
Jiangsu Suning, misalnya, dinobatkan sebagai klub paling boros di bursa transfer Januari 2016 lalu.
Langkah itu tidak terlepas dari fakta klub yang berbasis di Nanjing itu mendapat suntikan dana dari kocek tebal sang pemilik baru, Zhang Jindong.
Pengusaha terkaya kesembilan di Tiongkok itu baru pada Desember tahun lalu membeli Jiangsu dengan mahar US$80 juta melalui perusahaan miliknya, Grup Suning.
Perusahaannya merupakan salah satu ritel terbesar yang memiliki lebih dari 1.600 toko di Tiongkok.
Tiongkok juga banyak melakukan investasi di klub-klub luar negeri.
Bahkan, klub sekaya Manchester City menerima suntikan dana 265 juta pound dari China Media Capital, tahun lalu, sebagai tanda mereka telah membeli 13% saham 'Manchester Biru'.
Baru-baru ini, perusahaan yang berbasis di Hong Kong dan Beijing, Greater China Professional Services, menggelontorkan 130 juta pound (Rp2 triliun) untuk membeli Hull City dari pengusaha asal Mesir, Assem Allam.
Setidaknya ada dua klub Liga Primer lain yang diambil alih pengusaha Tiongkok pada tahun ini.
Guochuan Lai telah membeli klub West Bromwich Albion senilai 170 juta pound, sedangkan Tony Xia membeli Aston Villa.
Perusahaan-perusahaan asal 'Negeri Tirai Bambu' tampaknya memang tengah melakukan ekspansi besar-besaran di dunia sepak bola internasional.
Di Seri A mereka juga membeli saham mayoritas Inter Milan dari tangan pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir.
Tim sekota La Beneamata, AC Milan, juga sudah dibeli konsorsium asal Tiongkok dengan nilai jutaan dolar.
Hal yang sama terjadi di klub La Liga.
Sebanyak 20% saham Atletico Madrid kini dikuasai perusahaan asal Tiongkok. (Berbagai sumber/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved