Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Menyibak Asa ke Olimpiade 2020

Nurul Fadillah
20/10/2018 01:45
Menyibak Asa ke Olimpiade 2020
(ANTARA FOTO/INASGOC/Dhemas Reviyanto)

TIM nasional angkat besi akan berangkat ke Ashgabat, Turkmenistan, untuk menghadapi Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 pada 1-10 November mendatang. Kejuaraan tersebut sekaligus menjadi ajang kualifikasi menuju Olimpiade Tokyo 2020.

Sebanyak 10 atlet nasional dipersiapkan untuk bertanding sejak 28 September lalu. Mereka ialah Yolanda Putri dan Sri Wahyuni Agustiani yang turun di kelas 49 kg, Syarah Anggraini di kelas 55 kg, Acchedya Jagaddhita di kelas 58 kg, Nurul Akmal di kelas +87 kg, Eko Yuli Irawan dan Surahmat bin Suwoto Wijono di kelas 61 kg, Deni di kelas 67 kg, serta Triyatono dan Rahmat Erwin Abdullah di kelas 73 kg.

Menjelang perhelatan tersebut, kontingen Indonesia masih meraba peta kekuatan lawan. Adanya kenaikan dan penurunan kelas yang disesuaikan dengan Olimpiade Tokyo 2020 membuat atlet harus memulai perjuangan dari awal.

Manajer tim angkat besi Indonesia, Dirja Wiharja, mengatakan, sampai kini ini baru Tiongkok yang mereka pantau menggunakan klasifikasi kelas baru.

"Tapi kita tetap monitoring dari data kejuaraan dunia 2017. Sejauh ini baru kebaca 70%. Kekuatan asli mereka baru akan terlihat di kejuaraan dunia nanti karena ini adalah kali pertama kelas-kelas baru Olimpiade dipertandingkan dan peraturan tentang doping juga akan diperketat," ujar Dirja di Jakarta, kemarin.

Dirja mengatakan, di Kejuaraan Dunia kali ini, skuat 'Merah Putih' hanya dipatok target bermain maksimal di setiap kelas. Mereka harus berhasil di tiga angkatan, baik di snatch maupun clean and jerk.

Menurut Dirja, jika 6 angkatan berhasil dilakukan, otomatis akan menghasilkan nilai angkatan yang tinggi yang dapat menaikkan peringkat atlet di dunia.

"Untuk kualifikasi kali ini kita cari tiket yang sebanyak-banyaknya karena peraturannya itu sudah beda ketimbang kualifikasi yang dulu. Kalau yang dulu itu yang dapat poin 100 dapat 5 kuota tiket, kalau sekarang kan hitungannya per individu atlet harus memperjuangkan kuota tiket sendiri-sendiri."

"Karena itu, sekarang untuk cari aman parameternya adalah mereka harus menghasilkan angkatan terbaik di 6 angkatan (snatch dan clean and jerk). Untuk lolos kualifikasi itu minimal atlet harus masuk peringkat 8 besar dunia," lanjut Dirja.

Selain mengikuti kejuaraan dunia, atlet angkat besi juga akan mencari turnamen lain menjadi ajang kualifikasi Olimpiade. Kejuaraan Asia dan kejuaraan dunia tahun depan juga menjadi kesempatan bagi atlet untuk berburu tiket Olimpiade.

Program pelatnas

Di sisi lain, Kementerian Pemuda dan Olahraga baru akan menyusun program pelatnas SEA Games 2019 bersama induk cabang olahraga pada bulan depan. Deputi IV Bidang Peningkatan dan Prestasi Olahraga Kemenpora, Mulyana, mengatakan, program pelatnas tersebut juga akan diselaraskan dengan program menuju Olimpiade 2020.

"Program tersebut juga akan linear dengan persiapan menuju Olimpiade karena pada 2019 nanti juga akan ada babak kualifikasi masuk ke olimpik. Saat ini masing-masing induk cabor masih menyusun draf proposal pelatnas yang akan diajukan kepada kami," pungkasnya. (Beo/R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya