Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KABUPATEN Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta gagal meraih surat keputusan sebagai pusat sumber kambing peranakan etawa (PE) dari Kementerian Pertanian.
Kabid Peternakan Kabupaten Kulon progo, Nur Syamsu Hidayat, menjelaskan selama ini kabupatennya telah mengeluarkan ratusan ekor bibit kambing PE. “Pada 2016, dinas pertanian dan peternakan mengusulkan Kulon Progo sebagai sumber bibit kambing PE kepada Kementerian Pertanian. Persyaratan secara teknis telah memenuhi, tapi kegagalannya adalah pernah ada kasus antraks yang bersumber pada bibit kambing PE di Kecamatan Girimulyo,” kata Nur Syamsu.
Meski gagal mendapatkan SK sumber bibit kambing PE tidak memengaruhi permintaan bibit dari luar Kulon Progo. “Meski tidak mendapat SK, kegiatan berjalan terus dalam bidang pembibitan, pencatatan jalan terus, termasuk pelaksanaan kawin suntik,” ujarnya.
Dari Lamongan, Jawa Timur, pemerintah kabupaten setempat akan membantu petani di empat kecamatan untuk menanam cabai rawit seluas 50 hektare. Bantuan itu berupa bibit, pupuk, dan pestisida untuk meningkatkan produksi cabai di wilayah tersebut.
Apalagi, kawasan pesisir pantura setempat dikenal sebagai sentra penghasil cabai. Keempat kecamatan di pesisir pantura itu dikenal sebagai sentra penghasil cabai, yakni Kecamatan Paciran, Brondong, Laren, dan Solokuro.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Pemkab Lamongan, Aris Setiadi, mengatakan bantuan itu merupakan program kegiatan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur.
“Program bantuan ini nantinya akan langsung diberikan kepada petani. Selain bibit, juga ada bantuan berupa pupuk dan pestisida,” jelasnya.
Sementara itu, untuk mempercepat panen, petani di Banyumas, Jawa Tengah, mengerahkan mesin pemanen. Setidaknya ada 15 alat yang digunakan petani karena proses panen akan lebih cepat.
Kasran, 46, petani di Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, mengatakan ia mendapat pinjaman mesin pemanen dari kelompok tani.
“Biasanya kami sewa Rp20 ribu dan membayar bahan bakar minyak. Kalau dihitung-hitung jauh lebih murah jika dibandingkan dengan memakai tenaga manusia. Memanen jauh lebih cepat,” ujarnya.
Sampai sekarang sudah ada 5.000 ha yang memasuki masa panen. Pada Maret dan April, diperkirakan masih ada 25 ribu ha. (AU/YK/LD/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved