Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Petani Cemas belum Terima Pupuk Bersubsidi

MI
16/2/2017 08:39
Petani Cemas belum Terima Pupuk Bersubsidi
(Antara/Adeng Bustomi)

JELANG musim tanam, para petani belum menerima pupuk bersubsidi. Hal itu dialami para petani di persawahan Manikin, Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka belum menerima pembagian pupuk bersubsidi hingga kemarin.

"Kami masih menunggu kiriman pupuk bersubsidi. Saat ini belum ada kiriman pupuk dari pengecer," kata Simon Dethan, petani di persawahan tersebut, kemarin.

Padahal, mereka sudah membayar harga pupuk sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) yang diserahkan sejak Desember 2016. "Saya butuh empat karung urea, Phonska, dan Petroganik untuk 145 petani," lanjut Simon.

Petani setempat sudah berkali-kali mendatangi pengecer pupuk yang tidak jauh dari lokasi persawahan, tetapi di sana tidak ada pupuk. Padahal, agen sudah mengajukan permintaan pupuk di distributor.

Dia khawatir kelangkaan pupuk berdampak terhadap pertumbuhan tanaman padi yang rata-rata berumur satu minggu. Sementara itu, alokasi pupuk bersubsidi di NTT 2017 sebanyak 48.254 ton, terdiri dari urea 21.300 ton, SP-36 5.054 ton, ZA 2.920 ton, NPK 13.600 ton, dan organik 5.380 ton.

Sebaliknya di Jawa Tengah, stok pupuk untuk 87 ribu hektare di Klaten tercukupi. Dengan sasaran luas tambah tanam (LTT) 77 ribu hektare. Namun, sasaran LTT hanya tercapai 73 ribu hektare. Sisanya 4.000 hektare terendam banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman.

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Klaten, Wahyu Prasetyo, mengatakan sebetulnya sasaran luas tanam padi 87 ribu hektare ditetapkan pusat. "Itu cukup berat tapi tetap harus diupayakan," jelasnya kepada Media Indonesia.

Dari Boyolali, petani pengguna irigasi Waduk Cengklik di delapan desa wilayah Ngemplak dan Nogosari mengeluhkan rusaknya saluran irigasi tersier. Akibatnya, jatah air mampet dan mengganggu 1.000 hektare sawah di delapan desa. (PO/JS/WJ/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya