Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
MESKI belum menetapkan nama-nama tersangka, tim investigasi Polres Karanganyar menemukan bukti kuat adanya tindak kekerasan dalam kematian tiga mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta yang tengah mengikuti kegiatan pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam (mapala).
“Hasil olah TKP, barang bukti, dan keterangan 11 saksi keluarga dan kerabat korban mengindikasikan kuat adanya tindak kekerasan dalam kegiatan Diksar Mapala UII di Lereng Gunung Lawu,” kata Kapolres Karanganyar AKB Ade Safri Simanjuntak, Rabu (25/1).
Rabu (25/1), tim investigasi telah mengagendakan untuk meminta keterangan dari dua pakar pidana. Untuk memperkuat temuan, sambungnya, pihaknya masih menungguhasil visum dan autopsi RSUD Karanganyar, RS Dr Sardjito, dan RS Bathesda Yogyakarta, tiga rumah sakit yang menangani para korban.
Tiga korban tersebut ialah Muhammad Fadhli, 19, Syait Asyam, 19, dan Ilham Nurfadmi Listya Adi, 20. Sebanyak 10 peserta The Great Camping ke-37 Mapala UII hingga saat ini masih dirawat di RS JIH, Yogyakarta.
Seluruh mahasiswa yang sedang dirawat ini masih dalam masa observasi oleh tim medis. Setelah menemukan jejak-jejak kekerasan pada kegiatan diksar mapala itu, Rektorat UII akhirnya membekukan unit kegiatan mahasiswa (UKM) tersebut hingga batas waktu yang tidak ditentukan. “Kami masih menunggu penyelidikan selanjutnya,” kata anggota tim investigasi, Muzayin, Gubernur DIY Sri Sultan HB X menilai kematian tiga mahasiswa UII berdampak buruk bagi pendidikan di DIY. Ia meminta agar peristiwa tersebut jangan terulang lagi.
“Untuk melakukan kegiatan pendidikan dasar juga memerlukan energi yang besar. Jangan dipaksa. Kami (tiap orang) beda-beda. Kalau dipaksa, fatal,” kata Sultan. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendikan Tinggi M Nasir menegaskan segala bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan pasti akan ditindak tegas. Apalagi, jika hal itu dilakukan secara sengaja hingga menyebabkan kematian. “Kalau itu terjadi, ya dipidana,” ujar Menristek Dikti di sela-sela rapat kerja bersama Komisi X DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (25/1).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menegaskan hal serupa. Duka juga dirasakan pegiat pecinta alam yang juga sesepuh Wanadri, salah satu organisasi pecinta alam tertua di Indonesia, Iwan Abdurahman atau yang biasa dipanggil Abah Iwan.
“Pendidikan dasar alam itu keras, ya saya benarkan. Tapi kalau dalam pendidikan dasar alam itu ada kekerasan, itu yang tidak benar. Di kami (Wanadri), tidak ada istilah seperti itu. Itu sih pendidikan dasar preman,” cetus Abah Iwan.
Pak menteri
Di mata ibunya, Sri Handayani, almarhum Syaits Asyam, mahasiswa program studi teknik industri yang punya segudang penghargaan itu sosok yang istimewa. “Saya memanggilnya Pak Menteri,” kenang Sri saat ditemui di rumahnya, Rabu (25/1).
Sebelum meninggal, Asyam mencium tangan ibunya dan meminta maaf atas semua kesalahan yang ia perbuat. “Dia mencium tangan saya untuk minta maaf.” (AU/AT/DW/BU/Mut/FU/N-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved