Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Baru Umumkan Anak Gajah telah Mati 11 April, BBKSDA Riau Tegaskan Bukan Menutupi

Rudi Kurniawansyah
12/8/2025 19:01
Baru Umumkan Anak Gajah telah Mati 11 April, BBKSDA Riau Tegaskan Bukan Menutupi
Anak Gajah sumatra bernama Yuni yang diselamatkan pada 10 Maret 2025, mati pada 11 April.(Dok. BBKSDA Riau)

ANAK Gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) bernama Yuni yang dievakuasi dari Desa Gunung Mulya, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau, pada 10 Maret 2025, telah mati. Gajah liar Yuni mati pada 11 April 2025 dan baru diumumkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau pada Selasa (12/8).

 

Kepala BBKSDA Riau Supartono, Selasa (12/8), menyatakan baru diungkapkannya kematian Yuni pada lima bulan setelah kejadian itu bukan karena maksud menutupi.  "Gak ditutupi. Kemarin kita menunggu hasil dari tes laboratorium. Mohon maaf sebelumnya," kata Supartono.

 

Ia menjelaskan tim telah berupaya menyelamatkan Yuni dengan memberikan asupan nutrisi buah buahan dan cairan infus. Yuni juga telah diupakan untuk memperoleh indukan asuh dari induk gajah yang baru melahirkan.

Berdasarkan hasil uji Histopatologi di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang diterima oleh Balai Besar KSDA Riau diperoleh hasil bahwa penyebab kematian anak gajah tersebut karena yaitu pneumonia, hemoragia pada paru paru yang menyebabkan kegagalan pernapasan hingga kematian.

 

Dinyatakan pula Yuni mengalami gastroenteritis (radang pada lambung dan usus) yang terjadi menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan kondisi hypovolomik shock sehingga dapat menyebabkan kematian individu.

 

"Kondisi stress yang berkontibusi pada penurunan system pertahanan tubuh yang menyebabkan kerentanan hewan terhadap suatu infeksi bahkan kematian ( anak gajah stres karena terpisah dari induk dan rombongan gajah)," jelas Supartono.

 

Kronologis Penyelamatan hingga Kematian Anak Gajah

Yuni merupakan anak gajah liar yang terpisah oleh kelompoknya. Gajah tersebut diselamatkan oleh Tim Wildlife Recue Unit (WRU) BBKSDA Riau. Kelucuannya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang melihatnya.

 

Penyelamatan anak gajah tersebut diawali dengan upaya menggabungkan kembali dengan induk dan kelompoknya yang dilakukan oleh petugas WRU BBKSDA Riau tapi tidak berhasil. Yuni kemudian dievakuasi ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas Kabupaten Siak untuk memastikan agar ia memperoleh asupan nutrisi dan perawatan yang intensif.

 

Selama tiga hari berada di PLG Minas, dalam upaya tersebut anak gajah tidak mau menyusu dari susu formula dan upaya selanjutnya tim medis BBKSDA Riau berupaya untuk mendekatkan anak gajah tersebut ke indukan gajah lain di PLG Minas, namun indukan gajah lain tersebut menolak.

 

Upaya selanjutnya, anak gajah tersebut dipindahkan ke Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga Kabupaten Bengkalis, dengan harapan memperoleh indukan asuh dari induk gajah yang baru melahirkan, namun indukan gajah tersebut juga menolak, sehingga asupan nutrisi diupayakan diperoleh dari pemberian buah-buahan.

 

Anak gajah tersebut cenderung berperilaku hiperaktif, sehingga dibuatkan kandang sementara untuk membatasi pergerakan anak gajah dengan pengawasan intensif dari satu orang dokter hewan dan tiga orang mahout gajah. Kemudian pada 8 April 2025, kondisi anak gajah menunjukkan penurunan kesehatan dan nafsu makan, tim medis BBKSDA Riau selanjutnya melakukan upaya penanganan dengan memberikan nutrisi berupa air gula dan elektrolit sampai dengan kondisi anak gajah mulai membaik.

 

Selanjutnya pada 10 April 2025 pukul 13.00 WIB, anak gajah tersebut kembali mengalami penurunan kondisi kesehatan dan dilakukan perawatan intensif oleh tim medis BBKSDA Riau dengan memberikan cairan infus dan elektrolit.

 

"Setelah dilakukan segala upaya perawatan secara intensif pada anak gajah tersebut, tim medis BBKSDA Riau menyatakan bahwa anak gajah tersebut tidak dapat diselamatkan dan dinyatakan mati pada tanggal 11 April 2025 sekitar pukul 05.00 WIB," ujarnya.

 

Kemudian tim medis BBKSDA Riau telah melakukan nekropsi/ atau bedah terhadap bangkai anak gajah. Hasil nekropsi menunjukkan bahwa penyebab kematian diduga karena adanya peradangan lambung dan usus. Selanjutnya sampel bagian organ penting akan dikirimkan ke laboratorium untuk mengetahui diagnosa lebih lanjut penyebab kematian, termasuk kemungkinan dugaan adanya serangan dari virus Elephant Endothelial Herves Virus (EEHV).

 

Selanjutnya Balai Besar KSDA Riau untuk memastikan adanya serangan virus tersebut melakukan uji laboratorium di Medica Satwa Laboratories-Bogor dan diterima hasil hasil negative Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV). BBKSDA Riau kemudian melakukan uji Histopatologi di IPB. (M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya