Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Industri Jasa Keuangan di Solo Raya Tetap Tumbuh

Widjajadi
12/8/2025 16:24
Industri Jasa Keuangan di Solo Raya Tetap Tumbuh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kota Solo menggelar media gathering.(MI/Widjajadi)

OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) Solo mencatat, kondisi industri jasa keuangan di enam kabupaten dan satu kota di Solo Raya pada periode Juni 2025 tetap terjaga dan tumbuh, meski pembiayaan kredit menurun 2,79% atau sekitar Rp2,96 triliun.

Perkembangan yang bagus itu, bukannya tidak ada permasalahan. Terbukti OJK Solo hingga Juli lalu terpaksa menutup satu jaringan kantor pembiayaan, sejumlah kantor sekuritas dan pegadaian serta 5 lembaga keuangan mikro yang harus ditutup .

"Sebelumnya pada  2024, OJK Solo juga menutup satu BPR UMKM, dan 13 kantor bank umum. Lebih dari itu pada Juli 2025 , kami menerima 655 pengaduan, terkait kasus pinjol atau pinjaman daring, perbankan, asuransi, investasi, dan permintaan SLIK ( sistem layanan informasi keuangan ) yang mencapai 7426 layanan," kata Kepala OJK Solo, Eko Hariyanto.

Penegasan terkait kinerja industri jasa keuangan (IJK) di Solo Raya itu disampaikan pada forum Media Gathering Jurnalis Ekonomi Solo Raya, dua hari lalu. Ketika memaparkan, Eko Haryanto didampingi dua pejabat pengawasan OJK Solo, Soni Prima Nugroho dan Heri Santosa.

Selain melakukan langkah penutupan terhadap sejumlah IJK, OJK dalam kewenangan tugas dan pengawasan di wilayahnya, telah menyetujui adanya konsolidasi bank atau penggabungan bank  BPR, untuk meningkatkan efisiensi operasional, menguatkan daya saing dan memperbesar skala ekonomi layanan.

"Ada 6 BPR yang telah kami setujui untuk melakukan konsolidasi atau penggabungan. Dari dua atau lebih menjadi satu, sehingga dari proses yang ada, yang satu menjadi kantor cabang," imbuh Eko.

Bahkan ada dua bank milik Pemkab Karanganyar juga didorong untuk bisa merger, agar menjadi lebih sehat dan kuat. OJK Solo juga mengapresiasi inisiasi Gubernur Jateng Ahmad Luthfi yang ingin menggabungkan seluruh Bank Kredit Kecamatan (BKK) di seluruh wilayah kabupaten di Jateng.

ASET PERBANKAN NAIK
Secara menyeluruh, Eko mencoba memaparkan perkembangan kinerja baik dari sektor aset dan perkembangan pembiayaan serta penghimpunan dana pihak ketiga sektor industri jasa keuangan di Solo Raya.

Menurut catatan OJK Solo, aset perbankan naik sebesar 0,74% menjadi Rp120,82 triliun dari sebelumnya Rp119,92 triliun. Namun, sektor kredit atau pembiayaan turun 2,79% atau sebesar Rp2,96 triliun. 

"Penyaluran kredit perbankan berdasarkan sektor ekonomi didominasi oleh penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp26,75 triliun kemudian kredit untuk sektor industri pengolahan sebesar Rp24,84 triliun," ujar dia.

Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit terbesar dalam bentuk kredit modal kerja sebesar Rp56,61 triliun dan kredit terbesar berdasarkan jenis usaha adalah kredit untuk kategori bukan UMKM sebesar Rp55,87 triliun.

Pada bagian lain, OJK Solo juga mencermati bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 2,57% menjadi Rp100,61 triliun. Sedang likuiditas perbankan di Solo Raya pada Juni 2025, masih terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka 102,44%.

PASAR MODAL
Berdasarkan data posisi Juni 2025, perkembangan jumlah investor pasar modal di wilayah Solo Raya mengalami peningkatan investor saham (SID) wilayah karesidenan Solo secara month on month (mom) dan year on year (yoy).

Total SID meningkat 12.543 SID (2,35%) secara mom, dari 534.389 menjadi 546.932 SID. Peningkatan tecermin secara yoy sebesar 84.697 SID (18,32%), dari 462.235 SID posisi Juni 2024 menjadi 546.932 SID posisi posisi Juni 2025. 

SID dimaksud meliputi SID Saham, SID Reksadana, SID SBN, dan SID E-BAE dengan peningkatan SID terbanyak adalah Kota Solo disusul Kabupaten Klaten dengan SID 97.443 SID dan Kabupaten Sukoharjo dengan total SID 86.612 SID.

KOTA SOLO TERTINGGI
Berdasarkan data Periskop OJK posisi Juni 2025, transaksi saham tertinggi dicapai oleh Kota Solo sebesar Rp1,46 triliun, diikuti Kabupaten Sukoharjo Rp723,63 miliar kemudian Kabupaten Klaten Rp385,36 miliar. 

Adapun pada posisi Juni 2025, terdapat peningkatan nilai transaksi saham secara mom sebesar Rp570,49 miliar (20,51%), dari Rp2,78 triliun menjadi Rp3,35 triliun.

Begitu pula dengan peningkatan signifikan nilai transaksi saham terlihat secara yoy yaitu sebesar Rp2,17 triliun (182,80%), dari Rp1,19 triliun posisi Juni 2024 menjadi Rp3,35 triliun posisi Juni 2025. (E-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya