Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Sukses Bertani Organik, Poktan Taeto Buktikan Potensi Pertanian di Pedalaman Timor

Palce Amalo
22/7/2025 21:34
Sukses Bertani Organik, Poktan Taeto Buktikan Potensi Pertanian di Pedalaman Timor
Lodiana Lae, 18, anggota kelompok tani Haeto memanen tomat di kebun kelompok tersebut di Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Selasa (22/7).(MI/Palce Amalo)

KELOMPOK Tani (Poktan) Taeto di Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur,  menunjukkan kisah sukses luar biasa dalam peningkatan produksi pertanian.  

Berawal dari lahan sempit di lereng gunung, dan keterbatasan sumber daya air, sekarang kelompok tani yang beranggotakan 10 orang ini mampu menghasilkan pendapatan antara Rp8 juta sampai Rp9 juta per bulan yang dibagikan merata ke seluruh anggota. 

"Dulu kami hanya menggarap lahan kecil di pinggir kali, sekitar 30 bedeng untuk menanam sawi, pendapatan kami sangat sedikit, hanya sekitar Rp200 ribu sampai Rp300 ribu per bulan." kata anggota kelompok tani Taeto, Yemima Lae kepada wartawan yang berkunjung ke kebun kelompok tersebut, Selasa (22/7). 

Pendapatan sebesar itu jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, segalanya berubah setelah mereka bergabung dengan Plan Indonesia pada 2019. 

Selanjutnya Plan Indonesia memberikan bantuan berupa pipa, penampungan air, motor air, pelatihan pengolahan lahan, pupuk organik hingga penanganan hama, sedangkan pemerintah kabupaten membangun embung di sekitar kebun sedalam 9 meter pada 2022, Bantuan yang diterima para petani muda ini secara signifikan meningkatkan akses terhadap irigasi. 
 
Saat ini, Kelompok Tani Taeto mengelola lahan seluas lima hektare, menanam berbagai jenis sayuran seperti sawi, brokoli, tomat, kol, dan cabai. 

Panen yang melimpah memungkinkan mereka untuk memasarkan hasil pertanian ke berbagai tempat, termasuk pasar lokal, kios-kios pinggir jalan, bahkan hingga ke Kota Kupang.  Harga jual pun bervariasi, mulai dari Rp5.000 untuk 3 ikat sawi hingga Rp15.000 per pohon brokoli.  Keunggulan produk organik menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
 
Keberhasilan Kelompok Tani Taeto tidak hanya meningkatkan perekonomian anggota, tetapi juga  dimanfaatkan untuk membiayai pendidikan mereka di sekolah, lantaran para petani umumnya masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Anggota Kelompok lainnya, Lodiana Lae, remaja berusia 18 tahun mengatakan, keikutsertaannya dalam kelompok tani telah memberikannya penghasilan tambahan sehingga dia bisa memenuhi kebutuhan sekolahnya.
 
"Awalnya saya tidak punya penghasilan sendiri, tapi semenjak bergabung dengan kelompok tani, saya bisa membeli buku, bolpoin, bahkan tas sendiri dari hasil panen sawi," ujarnya. 
 
Pendapatan Lodiana dari kelompok tani cukup signifikan untuk membantu meringankan beban orang tuanya.  "Orang tua saya masih membantu biaya sekolah, tapi sebagian besar kebutuhan saya sudah bisa saya penuhi sendiri," tambahnya.
 
Setiap bulan, Lodiana berhasil mengumpulkan penghasilan yang cukup lumayan. "Kalau panen sawi bagus, saya bisa dapat sekitar Rp500.000.  Dari jumlah tersebut, saya sisihkan sekitar Rp100.000 untuk ditabung, sisanya untuk kebutuhan lain," jelasnya.

Meskipun pendapatannya fluktuatif, terkadang mencapai Rp300 ribu hingga Rp250 ribu tergantung hasil panen,  Lodiana tetap konsisten menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan masa depannya.
 
Bahkan saat ini, Lodiana telah mendaftar di salah satu perguruan tinggi di Jakarta demi cita-citanya menjadi pengusaha sukses.  

PETERNAKAN AYAM
Kelompok tani ini juga  memiliki peternakan ayam petelur yang juga mendapat bantuan dari Plan Indonesia sejak November 2024 berjumlah 146 ekor. Sedangkan, produksi telur dari ratusan ayam ini mencapai 130-140  butir per hari yang kemudian dijual seharga Rp2.000 per butir. 

Andi Lae, anggota kelompok yang mengelola peternakan ayam mengatakan produksi telur dipasarkan ke kios di wilayah setempat dan juga di pasar tradisional. "Keuntungan bersih sekitar Rp1 juta atau minimal Rp700 ribu sampai Rp800 ribu sebulan setelah dikurangi biaya pakan," jelasnya. 

Dari hasil penjualan telur ayam, lanjutnya, Andi membiayai pendidikan istrinya, Asnat Nino di Sekolah Tinggi Teologia (STT), kebutuhan sehari-hari dan mulai mengerjakan pembangunan rumah secara bertahap. 

Youth-Led Agri-Food Project Manager Plan Indonesia, Albert Amtiran mengatakan lahan tempat pembangunan kebun oleh Kelompok Tani Haeto berada di lokasi ekstrem, justru diolah  secara rutin sebagai sumber kehidupan. 

Menurutnya, program Youth-Led Agri-Food tersebut  tidak hanya menopang keluarga inti, tetapi juga membantu keluarga lain dari kampung yang tinggal dan membantu di sana.  Mereka membantu membiayai kebutuhan, seperti makan dan minum, dan bahkan menabung untuk membangun rumah yang lebih baik.  

Selain itu, rumah warga yang dulunya sederhana, kini telah dibangun dengan tembok, meskipun belum rampung, namun prubahan ini menunjukkan dampak positif program.
 
"Prinsip kalau mereka berkorban berarti ada rasa tanggung jawab. Contohnya adalah kandang ayam yang dibangun sendiri oleh petani," ujarnya. 

Menurutnya, program ini juga mencakup pelatihan dan pendidikan terutama untuk pertanian organik atau green business. Di antaranya cara menggunakan pupuk dan pestisida organik, mengingat dampak negatif penggunaan pupuk dan pestisida kimia terhadap lingkungan, seperti degradasi tanah dan ketersediaan air bersih.

"Jadi, kita mendorong supaya dalam berbisnis atau berusaha untuk menghasilkan uang, tapi tidak merusak lingkungan, " jelasnya. 

Kisah sukses anggota Kelompok Tani Taeto menjadi inspirasi bagi petani lain untuk tidak menyerah menghadapi tantangan alam dan terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya