Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEJAK penutupan perlintasan sebidang di Jalan Letjen Suprapto, Senen, Jakarta Pusat, diuji coba pada 1 Oktober 2016, kemacetan di sekitar Pasar Senen makin menjadi-jadi. Keadaaannya sangat semrawut, kendaraan melawan arus pun menjadi pemandangan yang lumrah. "Sejak perlintasan ditutup, Senen jadi semrawut begini, macetnya mirip neraka," keluh Agus, 31, pengendara roda empat yang saban hari melintasi perlintasan itu menuju rumahnya di Rawamangun, Jakarta Timur.
Uji coba penutupan perlintasan sebidang yang bersinggungan dengan rel kereta api di jalan Letjen Suprapto membuat Agus harus menghabiskan waktu satu jam hanya untuk menempuh jarak 300 meter, mulai Jalan Kwitang hingga melewati underpass Jalan Letjen Suprapto. "Sebelum ditutup, biasanya cuma 10 menit. Sekarang mau lewat susah. Mau masuk underpass harus bergantian karena cuma muat dua mobil, belum lagi kalau ada bus Trans-Jakarta juga," katanya.
Kekesalan juga dirasakan Wisnu, 34. Akibat penutupan perlintasan itu, ia harus berputar lebih jauh untuk menuju kawasan Cempaka Putih dari Jalan Bungur Besar Raya yang jaraknya hanya puluhan meter dari perlintasan sebidang. Selain jarak yang jadi lebih jauh, kemacetan panjang sudah menantinya walau hanya sekadar untuk memutar. "Saya itu tinggal belok kiri saja menuju Cempaka Putih. Tapi ini susah, harus putar dulu lewat Rumah Sakit Angkatan Darat, lalu belok ke Kwitang, baru ke arah Cempaka Putih. Harus dua kali ketemu perempatan Senen," ceritanya.
Dalam menanggapi keadaan itu, Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengaku pihaknya sudah berulang kali mendapat aduan dari masyarakat soal dampak penutupan perlintasan sebidang itu. "Kita sudah sampaikan keluhan masyarakat itu dan dibahas dalam rapat. Tapi, itu kan kebijakannya di pemerintah pusat, di Kementerian Perhubungan," jelasnya. Sementara itu, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat Harlem Simanjuntak menyampaikan, kemacetan parah di kawasan Senen juga diakibatkan banyaknya pengendara yang belum tahu adanya jalur alternatif. Pengendara masih menggunakan akses lama sehingga terjebak dan harus berputar arah terlebih dahulu. "Pengendara yang lewat itu tidak semuanya melintas tiap hari di Senen. Jadi wajar kalau belum tahu pengalihannya," ujarnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved