Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KEPALA Dinas Kebudayaan Sulteng, Andi Kamalemba, mengajak masyarakat Poso, khususnya warga Tampolore, menjadikan Festival Tampolore sebagai ajang promosi pariwisata megalit ke tingkat dunia. Ajakan ini disampaikan saat membuka Festival Tampolore ke-4 di Situs Megalit Pokekea, Desa Hanggira, Lore Tengah, Poso, Jumat (27/6).
Menurut Kamalemba, Festival Tampolore bukan sekadar pertunjukan budaya, tetapi bukti komitmen kuat masyarakat dan Pemkab Poso dalam mempromosikan budaya dan pariwisata ke tingkat nasional dan internasional.
“Megalit Lembah Behoa sudah dikenal luas, tapi kita perlu terus mendorongnya jadi tujuan wisata bernilai tinggi agar memberi manfaat ekonomi bagi warga,” ujarnya.
Kamalemba menambahkan, pemerintah melalui program 9 Berani terus memotivasi warga agar festival budaya tak hanya jadi ajang hiburan, tetapi juga sumber ekonomi baru.
Sementara itu, Kadis Pariwisata Poso, Yusak Mentara, mengapresiasi Relawan Orang dan Alam (RoA) yang konsisten menggelar festival ini hingga tahun keempat.
"Kehadiran RoA menunjukkan komitmen kuat mempromosikan budaya dan pariwisata hingga level dunia,” katanya.
Yusak menekankan, Festival Tampolore mencerminkan jati diri masyarakat setempat yang kaya budaya dan sumber daya alam.
“Tampolore punya tradisi budaya sangat tua yang harus kita angkat,” tambahnya.
Perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan, Muhammad Tan, mengajak warga bersama-sama menjaga warisan budaya di Lembah Behoa. Ia menyebut pihaknya tengah mengupayakan pengakuan tradisi tua Tampolore sebagai warisan budaya dunia.
“Ini butuh kerja bersama pemerintah, aktivis, masyarakat adat, dan seluruh warga,” tegasnya.
Ketua Panitia, Rexy, menyampaikan festival akan berlangsung hingga 29 Juni 2025 dengan beragam kegiatan. Di antaranya, lomba musik bambu, parade pangan lokal, pameran kerajinan, diskusi film, hingga jelajah megalit.
“Tema tahun ini, Harmonisasi Budaya dan Alam, sejalan dengan upaya kita menyelamatkan lingkungan,” tutupnya. (TB/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved