Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
MUHAMMADIYAH menyiapkan ekosistem makan bergizi gratis yang bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat secara berkelanjutan. Hal tersebut menindaklanjuti Nota Kesepahaman (MoU) dengan Badan Gizi Nasional yang ditandatangani pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Desember 2024 lalu.
Dalam siaran pers, Ketua Koordinator Nasional Makan Bergizi Muhammadiyah, M Nurul Yamin, menyebutkan pentingnya pertimbangan multiaspek dan perencanaan yang matang Program Makan Bergizi Gratis. Pengelolaan program harus profesional dan terintegrasi, dari hulu hingga hilir dalam satu kesatuan ekosistem
“Ekosistem ini harus mencakup seluruh rantai, mulai dari penyediaan bahan baku, standar gizi dan menu, dapur yang higienis, transportasi dan distribusi, monitoring evaluasi hingga pengelolaan limbah makanan,” terang Yamin saat Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Ekosistem Makan Bergizi Gratis Muhammadiyah di SM Tower & Convention Yogyakarta, Jumat (3/1).
Yamin juga menyebut tentang pentingnya analisis keuangan, pembiayaan, pengelolaan sumber daya manusia, serta pembentukan karakter siswa sebagai faktor penting dalam keberhasilan program Makan Bergizi Gratis ini. Muhammadiyah siap mendukung program ini melalui lebih dari 120 rumah sakit, 172 perguruan tinggi yang mana 25 di antaranya memiliki Program Studi Gizi, ribuan sekolah, dan pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Selain itu, ketersediaan lahan wakaf serta aset untuk sektor pertanian, perikanan, dan pembangunan dapur menambah daya dukung inisiatif ini,“ imbuh Yamin.
Muhammadiyah juga memiliki dukungan gerakan di akar rumput seperti keberadaan Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) dan Jamaah Nelayan Muhammadiyah (Jalamu), yang tersebar di berbagai daerah, juga berkomitmen untuk menyuplai kebutuhan bahan pangan seperti beras, sayuran, dan ikan. Dukungan ini menjadi elemen penting dalam memperkuat ekosistem makan bergizi gratis yang berkelanjutan. Menurut Yamin, beberapa sekolah dan pesantren Muhammadiyah telah menerapkan program makan siang, yang bisa menjadi model dapur berbasis sekolah atau pesantren.
“Keunggulan dapur berbasis sekolah atau pesantren adalah efisiensi distribusi, karena tidak memerlukan transportasi tambahan,” jelasnya.
Yamin menambahkan kelebihan model dapur sekolah dan pesantren yaitu tidak memerlukan transportasi untuk distribusi, sehingga lebih efisien. Model ini, bersama dengan konsep dapur umum, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa secara efektif.
Keberadaan Kornas Makan Bergizi Muhammadiyah bertugas untuk mengoordinasikan dan mengonsolidasikan seluruh potensi Muhammadiyah, baik di tingkat pusat, wilayah, hingga daerah. Potensi ini mencakup sumber daya manusia, kelembagaan, dan jaringan komunitas yang dapat berkontribusi pada keberhasilan program makan bergizi gratis di Indonesia. Dengan inisiatif ini, Muhammadiyah berharap dapat berperan aktif dalam mendukung program nasional pemenuhan gizi masyarakat dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif. (AT/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved