Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pengikut Taat Pribadi Mulai Tertutup

ABDUS SYUKUR
13/10/2016 00:10
Pengikut Taat Pribadi Mulai Tertutup
(MI/SUMARYANTO)

Pedepokan Dimas Kanjeng yang masih bertahan mulai menutup diri terhadap pendataan yang dilakukan aparat pemerintahan setempat. “Mereka sekarang tertutup, enggan didata. Sebabnya, dari hasil pendataan selama ini, disebarkan ke daerah asal para pengikut. Polsek di lokasi asal kemudian mendatangi keluarga mereka. Walhasil, saat didata kembali, mereka enggan melayani petugas,” terang Sekretaris Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (Jatim), Sutrisno, Rabu (12/10).

Dia mengatakan, berdasarkan data per Sabtu (8/10), pengikut pedepokan yang bertahan berjumlah 212 orang. Hanya, petugas mulai kesulitan memutakhirkan data karena ketertutupan mereka. Tim Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, berhasil menjemput seorang warganya, Rukoyah, yang menjadi pengikut pedepokan. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menyayangkan peristiwa yang dialami salah seorang warganya. “Bangsa ini bisa bangkrut jika pola pikir mistis dan klenik terus berkembang.

Ingin cepat kaya pakai jalan instan, imajinasinya jadi macam-macam. Seperti ingin banyak uang, tapi enggan berusaha dan justru memilih cara instan,” ucapnya. Rukoyah mengaku hanya mengikuti pengajian biasa berupa istigasah dan wirid. “Saya bukan korban. Masak ada korban pengajian? Saya tidak pulang ke Purwakarta karena saya pulang ke Yogyakarta. Saya punya rumah juga di sana,” ujanya. Dia membantah ada praktik penggandaan uang di pedepokan itu. Meski demikian, dirinya mengaku pernah melihat tumpukan 43 karung dan peti berisi uang di pedepokan.

Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdusshomad Buchori menegaskan pemimpin Pedepokan Dimas Kanjeng Probolinggo, Taat Pribadi, telah menistakan agama. “Kami sudah meneliti pedepokan itu sejak 2014 dan kami menemukan tujuh ajaran penyesatan,” kata dia di Surabaya, Jatim. Pada 6 Oktober, lanjut dia, MUI Jatim memutuskan Taat Pribadi telah menodai agama. “Intinya ajaran Dimas Kanjeng merupakan penipuan dengan kedok agama. Penipuan itu
dilakukan melalui penggandaan uang.

Kalau dia bisa menggandakan uang, kenapa mereka masih meminta mahar kepada calon anggota baru?” kata dia. Jubah berkantong Seorang mantan pengikut pedepokan, Junaedi, menunjukkan trik Taat Pribadi untuk menggandakan uang. Kunci trik itu ialah jubah yang dijahit khusus. Seperti dilaporkan wartawan Metro TV, Junaedi pun menjahitkan jubah ke penjahit baju Taat Pribadi. Di bagian belakang di dalam jubah itu, terdapat kantong besar. Dari dalam kantong itulah, menurut Junaedi, Taat Pribadi mengeluarkan uang dan perhiasan yang telah dipersiapkan.

Junaedi mengaku bersama mendiang Ismail Hidayah telah lama mencurigai penipuan oleh Taat Pribadi. Sebelum wafat Ismail Hidayah, bersama dirinya berusaha melengkapi bukti penipuan oleh Taat Pribadi untuk dilaporkan ke polisi. Junaedi mengaku sengaja membikin jubah ala Taat Pribadi untuk memberi pemahaman kepada pengikut pedepokan soal penipuan yang terjadi. Secara terpisah, Polsek Sungai Garinggiang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar, menangkap Budiman,
35, terkait dengan kasus penipuan bermodus penggandaan uang.

Kapolsek Sungai Garinggiang AK Rahmat mengungkapkan penangkapan Budiman yang berawal dari laporan seorang korban itu juga disertai barang bukti seperti belasan batangan emas yang diduga palsu. (Ant/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya