Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Merana Penyu di Pantai Padang

Yose Hendra
13/8/2016 00:00
Merana Penyu di Pantai Padang
(MI/ANGGA YUNIAR)

SUASANA malam minggu di Pantai Muaro, Kota Padang, Sumatra Barat, layaknya tempat wisata lain.

Namun, bulan lalu, bukan hanya warga kota yang menepi ke pantai, melainkan juga sekelompok penyu.

Kejadian itu sesungguhnya sangat berharga karena merupakan siklus dengan rentang waktu yang cukup lama.

Setelah menjelajah laut ribuan kilometer, penyu akan kembali ke tempat ia lahir untuk bertelur.

Di usia dewasa, siklus ini baru berulang dua hingga empat tahun sekali.

Kelestarian proses itu makin penting, sebab hampir seluruh tujuh spesies penyu yang ada di dunia terancam punah.

Enam spesies di antaranya terdapat di Indonesia.

Sayang, kondisi itu tidak dipedulikan pengunjung Pantai Muaro. Fenomena yang sudah semakin jarang terjadi itu justru dijadikan ajang kesenangan semata.

Ratusan telur penyu diambil tanpa tersisa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Medi Iswandi pun masih geram hingga kini.

"Sayang, kita enggak bisa jaga malam itu. Saya terlambat datang. Sementara itu, pengunjung sedang ramai karena malam minggu. Mereka pun rebutan mengambil telur tanpa bersisa," ujarnya kepada Media Indonesia.

Kisah suram penyu di Kota Padang sebenarnya sudah berjalan lama. Di pantai itu mudah ditemui pedagang telur penyu.

Padahal, itu jelas terlarang berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pun mengatur penjara 5 tahun dan denda Rp100 juta bagi pelaku (baik pedagang maupun pembeli) perdagangan satwa dilindungi.

Belakangan memang para pedagang telur penyu di dekat Lembaga Permasyarakatan (LP) Muaro tidak terlihat seiring dengan penataan pantai yang dilakukan pemerintah.

Namun, perdagangan sembunyi-sembunyi diyakini tetap terjadi.

Itu pula yang dikatakan peneliti aktif penyu dari Universitas Bung Hatta (UBH) Padang Harfiandri Damanhuri.

"Pesisir Padang, mulai pintu Muara Padang hingga Pasir Jambak, merupakan lokasi penyu sejak lama," kata dia.

Pindah pulau

Harfiandri menjelaskan ada 32 lokasi persarangan penyu di Sumatra Barat (Sumbar), antara lain di Pulau Penyu, Pulau Karabak Ketek, Pulau Pieh di Kabupaten Padang Pariaman, Pulau Kasiek, dan Pulau Sanding di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Jumlah penyu yang mendarat ataupun melintasi perairan-perairan tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 15 ribu.

Ia menambahkan jumlah penyu yang mendarat di pantai di Kota Padang sesungguhnya telah berkurang drastis akibat ramainya aktivitas warga.

Penyu memang menghindari tempat ramai dan terang ketika bertelur.

Selain itu, pantai telah makin kotor.

Sampah plastik yang terbawa ke laut akan tampak seperti ubur-ubur yang merupakan mangsa alamiah penyu.

Akibatnya bisa berujung kematian pada penyu.

"Satu ekor penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dewasa mampu memakan ubur-ubur secara periodik sebanyak 1 ton," tukasnya.

Termakannya plastik oleh penyu sebenarnya juga petaka bagi manusia karena berarti populasi ubur-ubur di alam bisa meledak.

Akibatnya itu akan mengganggu populasi ikan.

"Kalau penyu hilang, kesembangan laut tidak terjaga. Penyu ikut memupuk laut dari ampas sisa makanan yang ia makan sehingga laut pun menjadi subur," tambah Harfiandri.

Menurunnya pendaratan penyu juga terjadi di Pulau Angso Duo Pariaman.

Hal itu dikatakan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Konservasi Penyu Kota Pariaman Citrha Aditur Bahri.

Sebelumnya, pulau itu menjadi tempat pendaratan penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).

Seiring dengan semakin terbukanya pulau dan lonjakan pelancong, keberadaan mereka makin sulit ditemui.

Upaya untuk menjaga kelestarian penyu telah dilakukan dengan Surat Keputusan Wali Kota Pariaman No 334/523/2010 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Pariaman.

Upaya konservasi pula yang mendorong lahirnya UPT Konservasi Penyu pada 2013.

Luas wilayah konservasi penyu ditetapkan 2 hektare dari 111 ribu hektare luas total Kawasan Konservasi Perairan Sumatra Barat.

Pusat penangkaran penyu di Pariaman memelihara 60 ekor penyu berusia 1-6 tahun.

Jenisnya merupakan tiga jenis penyu yang biasa mendarat di daerah tersebut.

Semenjak adanya UPT Konservasi Penyu, angka telur yang ditetaskan dapat meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada 2009 ada 1.100 telur yang ditetaskan, pada 2015 sudah jauh meningkat menjadi 20.495 telur yang ditetaskan.

"Tahun ini, dari Januari hingga hari ini, sudah 22.774 telur yang ditetaskan dalam penangkaran," kata Citrha. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya