Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BUPATI Jembrana I Nengah Tamba mengaku dicaci maki atau diejek oleh pemulung. Hal ini disampaikan Bupati yang sering pakai sandal jepit itu saat bertemu dengan awak media dalam peluncuran Konservasi Laut di Desa Perancak, Kecematan Jembrana, Kamis (4/8).
Dalam obrolan dengan awak media, Tamba mengatakan selama ini gencar dan masif mengolah sampah langsung di sumber sampah yakni rumah tangga.
"Program ini gencar. Sosialisasi masif. Intinya sampah di rumah tangga harus diselesaikan di rumah tangga. Ini yang membuat saya dicaci maki oleh pemulung, sebab mereka sudah kesulitan menemukan sampah plastik di rumah atau permukiman penduduk. Tetapi saya tidak marah, apalagi membenci mereka. Sebab mereka juga manusia dan juga warga saya sendiri," ujarnya.
Menurut Tamba, cacian dan umpatan pemulung terhadap dirinya sangat beralasan. Sebab setelah sosialisasi dan edukasi yang masif, kesadaran warga untuk memilah sampah sangat terasa. Sampah plastik yang selama ini tidak memiliki nilai ekonomis, sekarang sudah dipilah sendiri oleh warga dan kemudian langsung dijual atau ditukar ke bank sampah terdekat.
"Saat ini pengurangan sampah plastik di hulu atau di sumber sampah sudah menurun hingga 34%. Kami akan terus bekerja keras agar sampah plastik jangan sampai masuk TPA atau dibiarkan berserakan begitu saja sehingga masuk sampai ke laut," tuturnya.
Baca juga: Sampah Plastik Laut Dimanfaatkan sebagai Bahan Label Ocean Action
Tamba juga menegaskan, Kabupaten Jembrana sangat peduli dengan lingkungan hidup. Sebab manajemen pariwisata di Jembrana tak hanya berbasis adat dan budaya saja melainkan juga lingkungan hidup.
"Saya berterima kasih dengan adanya kepedulian atau CSR dari Indosat. Kalau andalkan pemerintah saja, duitnya tidak cukup," ucap Tamba.
Seperti yang terjadi di Pantai Perancak, Jembrana, terjadi abrasi yang luar biasa. Padahal potensi pariwisata di pantai tersebut sangat luar biasa. Tamba tak menampik, situasi dan kondisi alam di Pantai Perancak ini, diibaratkan dua mata pedang. Di satu sisi, habitat penyu berkurang, sedangkan garis pantai rawan abrasi, sehingga harus dibangun tanggul.
"Ini bertolak belakang. Tapi, dari semua itu maka yang ada saat ini kita pertahankan. Kawasan ini akan kita pertahankan terus menjadi salah satu destinasi wisata dunia," tukasnya.
Tamba menuturkan, berbicara pariwisata, maka di Kabupaten Makepung ini menawarkan destinasi wisata out of the box. Berbeda dengan destinasi wisata lainnya.
"Kita tawarkan ekowisata dengan keunggulan alam yang kita miliki seperti pohon coklat yang menjamur, sawah yang menghijau, garis pantai yang sangat panjang, hingga atraksi budaya yang tidak ada duanya yakni makepung dan juga jegog," tuturnya.
Menurutnya, pariwisata di Bali Barat ini bakal mengeliat jika jalan Tol Gilimanuk - Mengwi rampung dibangun.
"Kalau sudah ada jalan tol, kita sudah terbang ini. Bulan September ini rencananya groundbreaking. Ini merupakan proyek nasional, sehingga aman," pungkasnya.(OL-5)
Pemkab Jembrana mewajibkan para pekerja untuk mengenakan kain endek setiap Selasa dan busana adat setiap Kamis.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa tektonik melanda Jembrana, Bali, dengan kekuatan M 4,1 pada Minggu (18/2) pagi.
Dari 5 peserta tersebut, ada satu orang dinyatakan gugur yakni peserta atas nama Komang Agus Adinata karena tidak melengkapi syarat administrasi.
PEMKAB Jembrana, Bali mendukung penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali dan meminta masyarakat mematuhi pelaksanaan kebijakan pusat untuk kebaikan semua.
Penolakan itu bukan tanpa alasa, tetapi permintaan rakyat. Ia pun mensyaratkan dengan ketat jika PPKM Darurat tak mau diperpanjang
BUPATI Jembrana I Nengah Tamba meminta perbankan dan jasa keuangan lainnya diminta bisa kembali memberikan relaksasi atau keringanan kepada nasabahnya selama PPKM.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved