Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
CUACA buruk seperti angin kencang dan gelombang tinggi sekitar tiga pekan terakhir, telah mempengaruhi harga ikan laut segar di kawasan Provinsi Aceh. Efek buruk dari cuaca tidak bersahabat itu berakibat terganggunya aktivitas pelayaran para nelayan, sehingga mereka sulit menjaring ikan di laut lepas.
Amatan Medis Indonesia pada Rabu (11/8) di Pasar Ikan Grosir Pante Teungoh, Kota Sigli, Ibukota Kabupaten Pidie, misalnya harga ikan gembung dari biasanya Rp20 ribu per kg (kilogram), sekarang naik menjadi Rp35 ribu per kg. Ikan dencis dari Rp25 ribu per kg, kini menjadi Rp40 ribu per kg.
Baca juga: Sejumlah Akses Jalan di Surabaya Kembali Dibuka
Lalu, ikan tongkol dari sebelumnya berkisar Rp15 ribu - Rp20 ribu per kg (tergantung kwalitas dan ukuran), sekarang melambung berkisar Rp30 ribu - Rp35 ribu per kg. Berikutnya ikan bandeng dari Rp20 ribu per kg, sekarang naik menjadi Rp30 ribu per kg.
Peningkatan harga tinggi juga terjadi pada udang windu (ukuran besar) yaitu dari biasanya Rp80 ribu (udang ukuran besar), sekarang naik tembus Rp10 ribu per kg. Kemudian udang windu ukuran sedang, dari Rp70 ribu per kg, menjadi Rp80 ribu per kg.
"Semua jenis ikan sekarang harganya naik. Itu setelah cuaca buruk karena angin kencang, gelombang tinggi dan turun hujan tiba-tiba" ujar Ikhwan, seorang nelayan di Kecamatan Kota Sigli, Pidie.
Perihal tidak jauh berbeda juga terjadi di berbagai kabupaten/kota pesisir Selat Malaka yang terbentang di wilayah Utara dan Timur, Aceh. Misalnya di Mabupaten Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhok Seumawe, Aceh Timur dan Kabupaten Acah Tamiang, harga ikan laut segar juga hampir sama dengan di Pidie.
Mahalnya harga ikan segar di kabupaten/kota kawasan pesisir Selat Malaka tersebut, telah mengusik kemampuan belanja dapur warga di peovinsi paling barat Indonesia itu. Mereka yang biasanya cukup 20.000 untuk kebutahan ikan konsumsi, kini harus mengeluarkan biaya jebih besar lagi. Apa lagi bagi mereka yang anggota keluarganya banyak.
Bahkan para penjual pemilik warung nasi. Untuk menutupi persediaan lauk ikan, mereka harus mengeluarkan modal lebih besar dari biasanya.
Catatan Media Indonesia, sebagian besar warga Aceh yang mendiami pesisir perairan laut Selat Malaka dan mereka yang bermukim di tepi Samudera Hindia, lebih suka mengkonsumsi ikan laut untuk lauk nasi. Rasanya kurang sempurna kalau makan nasi tidak ada lauk ikan segar. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved