Edamame Banyuwangi Tetap Bergairah di Tengah Pandemi

Usman Afandi
08/1/2021 11:12
Edamame Banyuwangi Tetap Bergairah di Tengah Pandemi
Pekerja melakukan proses pengolahan kedelai Edamame di PT Mitratani Dua Tujuh, Mangli, Jember, Jawa Timur.(ANTARA/Seno)

PANDEMI covid-19 ternyata tidak berdampak terhadap aktivitas pertanian kedelai edamame. Pasalnya, permintaan pasar kedelai edamame, selama pandemi covid-19, naik signifikan. Hal itu membuat petani di Banyuwangi bisa bertahan.

Salah satu petani Edamame di Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Tino Ahmad saat ditemui mediaindonesia.com, Jumat (8/1) mengatakan, panen melimpah serta harga jual yang tinggi membuat budidaya kedelai edamame yang dipanen saat hijau itu menghasilkan keuntungan melimpah. Hal itu yang membuat dia mampu bertahan di tengah pandemi covid-19.

"Kebutuhan kedelai edamame ini ketika waktu pandemi alhamdulilah banyak. Dan ini menjadi solusi bagi petani. Karena, dari segi waktu, dibandingkan tanaman-tanaman lainnya, kedelai edamame lebih siap dalam menghadapi ekonomi yang carut marut," ujar Tino Ahmad.

Baca juga: Daerah masih Menunggu Pendistribusian Vaksin

Kemudian ia menjelaskan kesiapan tersebut berdasarkan permintaan kedelai edamame di pasar. Dirinya mengungkapkan, kebutuhan pasar per harinya bisa mencapai 1 ton hingga 3 ton. Hal itu tergantung dari ketersediaan petani yang menanam kedelai edamame.

"Dan terkait pasar edamame dalam menyerap pasokan, Alhamdulillah, selama ini, dalam memenuhi kebutuhan pasar, di kita saja permintaan bisa sampai 1 ton sampai dengan 3 ton. Tapi itu semua tergantung ketersediaan petani," katanya.

Dijelaskannya, selain bisa dijual, ternyata tanaman edamame bisa digunakan untuk makanan ternak seperti sapi dan kambing, sehingga dari proses yang dihasilkan tidak ada yang ditinggalkan maupun di buang secara sia-sia.

"Kalau limbahnya, selama ini, untuk pakan ternak, dan itu sangat lahap sekali, karena tanaman kedelai edamame ini mempunyai protein tinggi," ungkapnya.

Dikatakan Tino, dari lahan seperempat hektare, menurutnya, mampu menyerap sekitar 30 orang,  sehingga hal itu menjadi peluang tersendiri untuk menampung tenaga kerja.

Sedangkan untuk proses penanaman dan perawatannya sendiri juga tidak begitu sulit, hanya butuh keseriusan dan konsisten. Karena jika terkena penyakit mudah sekali terlihat, selain itu tanaman edamame jika lahan yang dipergunakan itu cukup air, akan mudah dalam perawatannya.

"Kalau ini luasnya kurang lebih 1/4 hektare, hitungan kita, kebutuhan benih 1 kilo itu bisa 1 kuintal. Tapi untuk lahan 1/4 hektare itu kadang 12- 13 kilo benih, itu tergantung berapa guludan dan berapa selokan, jika ini bisa 1 kuintal keluar maka untungnya sudah lumayan," katanya.

"Kalau kita di tingkat petani itu harganya Rp8 ribu, kalau di pasar bisa Rp10 ribu dan itu sudah dapat untung," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, melalui kabid Tanaman Pangan Ilham Juanda, saat dihubungi menjelaskan potensi tanamman edamame di Banyuwangi sangat bagus, sehingga hal ini menjadi potensi untuk ditumbuh kembangkan.

Akan tetapi, menurutnya, petani di wilayah Banyuwangi masih sedikit sekali yang menanam.

"Potensi edamame di Banyuwangi masih bagus, tapi masih sedikit petani yang menanam, perkiraan luas lahan-nya sekitar 50 hektare sampai dengan 100 hektar," ujar Ilham saat di hubungi via telepon, Jumat (8/1).

Kemudian ia menjelaskan, tanaman edamame masuk di Kabupaten Banyuwangi sejak 2016. Di Banyuwangi sendiri paling banyak di wilayah selatan, seperti di kecamatan Kalibaru, Glenmore, dan kecamatan Songgon.

"Penghasil edamame terbesar itu daerah Kabupaten Jember, tapi di Banyuwangi yang banyak di wilayah Kalibaru, Glenmore, dan kecamatan Songgon," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya