Headline

RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Petani Hortikultura Perlu Dukungan Sistem Informasi Terpadu

Mediaindonesia.com
28/8/2020 17:20
Petani Hortikultura Perlu Dukungan Sistem Informasi Terpadu
Kapolres Cianjur, Jawa Barat, Ajun Komisaris Besar Juang Andi Priyanto, memanen padi dan sayuran di Lembur Tohaga Mandiri Lodaya.( MI/Bebeng Surebeng )

SISTEM distribusi pangan dari daerah produsen ke perkotaan selama masa pandemi covid-19 ikut terganggu akibat kebijakan pembatasan sosial, bahkan hingga saat ini permintaan terhadap produk sayuran belum pulih seutuhnya. Ketua tim peneliti Universitas Indonesia, Dr Taufik Asmiyanto, M.Si, dalam lawatannya ke Sub Terminal Agribisnis (STA) Cigombong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menjelaskan bahwa perencanaan untuk keadaan darurat pangan yang mengancam hajat hidup orang banyak (Disaster Recovery Planning) tidak bisa dilepaskan dari pemodelan Business Continuity Plan (BCP).

“Permasalahan rantai pasok juga terkait dengan sistem informasi terpadu sehingga kebutuhan dari konsumen sehingga kalender tanam sayur mayur bisa menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Keberadaan Sub Terminal Agribisnis Cigombong bisa menjadi media temu antara petani sebagai produsen sayuran dengan para konsumernya di luar Cianjur,” tegas Taufik dalam diskusi bersama pelaku bisnis dan anggota DPRD Kabupaten Cianjur dari Komisi B di STA Cigombong,  Cianjur, Jawa Barat.

Pada kesempatan yang sama  anggota DPRD Kabupaten Cianjur, Prasetyo Harsanto  mengungkapkan bahwa kondisi pangan di Kabupaten Cianjur saat ini cukup miris. “Cianjur dikenal sebagai lumbung pangan nasional tapi faktanya jauh dari kenyataan. Saat ini APBD Cianjur hampir mencapai Rp4 triliun tapi anggaran untuk kebijakan pangan kurang dari Rp40 milyar. Kebijakan terhadap masalah pangan masih prioritas rendah dari pemerintah, buktinya masih banyak buah impor yang masuk ke Indonesia.”

Senada Kepala UPTD STA Cigombong, Wawan menyampaikan kesulitan para petani di masa pandemi ini. “Jumlah sayuran yang biasanya bisa dipasok dari STA Cigombong sebelum masa pademi biasanya bisa mencapai 40 ton sayuran per hari, tapi sekarang ini menurun hingga sekitar 12-15 ton perharinya. Hal ini menyebabkan harga sayur mayur banyak yang jatuh, seperti pakcoy yang dihargai 300 rupiah per kilogramnya. Padahal Cianjur merupakan daerah penyangga pemasok kebutuhan pangan Jabodetabek.”

Riset Ketahanan Pangan Cianjur – Depok pada 2020 ini didukung oleh Universitas Indonesia dan Fusi Foundation yang sudah menjalankan pendampingan bagi para petani untuk membantu suplai ke daerah konsumen, khususnya di Depok. Ketua Umum FUSI Foundation, Ahmad Fitrianto menyampaikan bahwa ada keluhan dari petani yang kesulitan untuk menjual hasil taninya ke kota karena adanya pembatasan sosial.

“Kami mencoba untuk menjual kepada teman-teman di Depok dan ternyata mendapat sambutan yang antusias, namun model ini belum bisa sepenuhnya dijalankan karena perlu skema bisnis agar mampu mempertahankan suplai kepada para konsumen. Langkah ini perlu ditindaklanjuti agar sesuai dengan harapan banyak pihak, maka kami melakukan diskusi awal dengan para pelaku pasar di Depok,agar bisa terjadi sinergi antara Cianjur sebagai daerah produsen dan Depok sebagai daerah pasar.”

Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Cianjur, Sinta Dewi berharap bisa terjalin kerjasama antardaerah seperti Cianjur dan Depok. “Kami sangat mendukung riset yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia karena dapat membantu keluhan dari para petani di Cianjur agar bisa membantu suplai sayuran mereka dan tentunya harapan dari warga di perkotaan sebagai konsumen hasil sayuran. Mudah-mudahan bisa terjalin kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Cianjur dan Pemerintah Kota Depok mengenai hal ketahanan pangan.” (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya