Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Turis Juga Bisa Berbagi Bahagia

Alexander P Taum/N-2
20/11/2019 08:25
Turis Juga Bisa Berbagi Bahagia
Kelly, turis asal Irlandia tengah mengajar di Taman Daun di Kampung Beluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Lembata, NTT, pekan lalu(MI/ALEXANDER TAUM)

KELLY, Esteer, dan Stevy merupakan sebagian anak muda asal mancanegara yang sudah tidak asing dengan Taman Daun. Ini merupakan lokasi taman baca, taman bermain, sekaligus homestay di Kampung Beluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Sejatinya, Kelly dan kawan-kawan datang untuk berlibur dan berwisata. Kelly datang dari Irlandia, Esteer yang seorang insinyur berasal dari Spanyol, dan Stevy, gadis muda asli Amerika.

Taman Daun juga tidak asing bagi anak-anak muda lain asal Brasil, Rusia, Serbia, Jerman, Malaysia, dan Jakarta. Kebanyakan turis muda itu datang ke Lembata sebagai tempat persinggahan terakhir, dari rangkaian liburan mereka ke Indonesia.

"Saya sudah dua minggu di sini. Setelah izin tinggal saya habis, saya akan kembali ke Irlandia," ungkap Kelly.

Di Lembata, mereka tidak hanya mereguk nikmatnya keindahan alam. Mereka juga bisa mengikuti serangkaian upacara adat, seperti Antar Dulang, Maso Minta, dan Antar Belis Gading.

Cukup? ternyata tidak. Mereka juga bisa berinteraksi dengan anak-anak dan warga.

Setiap sore, Kelly dan teman-temannya bergabung dalam kelompok belajar di Taman Daun. Para turis itu menjadi relawan yang mengajar anak-anak di daerah itu dengan beragam keterampilan dan keahlian, di antaranya kemampuan berbahasa Inggris atau memasak. "Saya bahagia bisa berbagi. Saya tidak sekadar berwisata, tapi dapat berbagi ilmu dan memotivasi anak-anak," ujar Esteer, mekanik yang bekerja di Denmark ini.

Kegiatan itu membuat Kelly dan Esteer betah dan merasa menjadi bagian dari keluarga orang Lembata. "Saya akan promosikan kenyamanan di Taman Daun."

Taman dibangun Goris Batafor, warga asli Lewoleba, pada 1987. Sebelumnya, lulusan Sekolah Pertanian di Jawa Tengah, itu bekerja di kapal.

Turun dari kapal, Goris bertekad menyumbangkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak Lembata. Ia membuka Taman Daun sebagai taman baca dan perpustakaan. Anak-anak juga bisa bermain di taman yang ditata asri dan indah, dengan pepohonan yang rimbun.

Dalam perjalanan, John Batafor, sang adik, memperkenalkan Taman Daun lewat dunia maya. Ia menawarkan akomodasi gratis bagi wisatawan, namun mereka diharuskan memberi sumbangsih dengan menularkan ilmu dan keterampilan kepada anak-anak.

"Dulu, Pemkab Lembata hanya mencatat dalam satu tahun hanya ada 8 turis asing yang datang, dengan lama tinggal maksimal 5 hari. Sekarang dengan pola volunterisme yang kami kembangkan, banyak yang datang dan bisa satu bulan mereka tinggal di Lembata," ujar John.

Hubungan timbal balik itu membuat sesama manusia dari berbagai bangsa bisa saling terikat. "Kami bisa membangun naluri kekeluargaan." (Alexander P Taum/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya