Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Bus Renta yang Berusaha Bertahan

MI/Dede Susianti
04/2/2016 00:00
Bus Renta yang Berusaha Bertahan
(Antara)

BUS Trans-Pakuan jurusan Terminal Bubulak-Cidangiang meninggalkan Halte Kolam Renang di Jalan KH Abdullah bin Nuh, Bogor. Dengan tempat duduk tersisa untuk tiga penumpang, bus berkapasitas 20 tempat duduk itu melaju dengan kecepatan sedang. Suara mesin bus berbahan bakar solar tersebut terdengar menderu, membelah Kota Bogor. Kendati cuaca belum terik, rasa panas dan pengap menyergap para penumpang karena pendingin atau AC pada bus bernomor 24 itu rusak.

Rasa tidak nyaman diperparah lagi oleh sejumlah kelengkapan dalam bus lainnya yang juga rusak, antara lain kursi penumpang yang mulai bergoyang karena besi dudukannya sudah usang. Kondisi lantai bus koridor 1 itu juga kotor berdebu, bahkan beberapa bagian karpetnya terkelupas. Tanah merah yang ditinggalkan alas kaki penumpang juga menempel di mana-mana.

Sementara itu, plafon bus sudah banyak yang terlepas dengan sejumlah lubang bekas mur dan paku terlihat jelas serta berkarat. Fasilitas untuk berpegangan bagi penumpang yang berdiri juga sudah tidak lengkap lagi. Di bus bernomor 24 tersebut kini hanya tersisa 6 alat pegangan, padahal saat bus tersebut diluncurkan pada 2007, jumlahnya 40.

Kondisi serupa juga terjadi pada bus yang melayani trayek Cidangiang-Ciawi atau koridor 2. Pada bus nomor 5 itu, alat berpegangan bagi penumpang berdiri tinggal 13. Padahal, pada jam sibuk, yaitu saat jam berangkat dan pulang kerja, jumlah penumpang yang berdiri bisa mencapai tiga kali lipat dari penumpang yang duduk. Kerusakan bukan hanya terjadi di bagian dalam.

Cat luar bus milih yang berwarna abu-abu dan biru tersebut juga sebagian terkelupas dan memperlihatkan karat sehingga membuat penampilan fisik transportasi umum yang semula ditargetkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Hujan itu kusam.

Esti, warga Semplak, Kabupaten Bogor, yang masih setia menumpang bus Trans-Pakuan, mengaku terpaksa menggunakan bus tersebut lantaran hanya bus itulah yang bisa mengantarkannya dari Terminal Bubulak ke Ciawi dengan biaya murah, yakni Rp5.000.

"Memang kondisi busnya sudah tidak nyaman, tapi terpaksa saya pilih tetap naik ini karena sekali bayar dan tidak perlu berganti-ganti angkutan umum," kata dia, pekan lalu. Penumpang lainnya, Nanih, warga Cijahe, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, mengaku kini hanya sesekali naik Trans-Pakuan karena kendati bus semakin tidak nyaman, penumpangnya selalu penuh sehingga ia kerap harus berdiri.

"Dulu saya selalu naik Trans-Pakuan ke Baranangsiang, tapi sekarang saya kembali naik angkot karena tidak kuat kalau harus berdiri berdesakan dengan udara pengap," ujarnya. Berkurangnya jumlah bus akibat rusak memang mengakibatkan bus yang beroperasi di jam sibuk selalu dijejali penumpang, sedangkan waktu tunggunya menjadi lebih lama.

Kecepatan dikira-kira
Koordinator lapangan bus Trans-Pakuan di Pul Cidangiang, Arlan, mengatakan, dari 29 bus yang milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bogor bernama Perusahan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) tersebut, hanya 25 yang masih bisa beroperasi.

Itu pun kondisinya sudah usang. "Yang banyak dikeluhkan penumpang memang kursi yang rusak, basah, dan udara panas karena AC-nya rusak. Kalau kondisi mesin, masih bagus. Suaranya saja menderu keras, tapi itu normal," ujarnya. Sementara itu, akibat kerusakan pada sejumlah indikator yang terpasang di dasbor bus-bus tersebut, terlihat banyak lubang menganga.

Rusaknya alat pengukur kecepatan atau spedometer juga membuat para sopir mengemudikan bus tanpa mengetahui kecepatannya. "Spedometernya sudah mati, jadi (kecepatannya) dikira-kira saja. Soalnya ini bus tua," kata salah seorang sopir bus nomor 5.

Padahal, kecepatan bus Trans-Pakuan ada yang dibatasi. Misalnya, bus trayek Cidangiang-Belanova-Sentul atau koridor 3 yang melintasi tol, kecepatannya maksimal 80 kilometer per jam. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik