Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Air Bersih semakin Langka

Liliek Dharmawan
21/7/2019 23:40
Air Bersih semakin Langka
Krisis air bersih(Dok. MI)

KEGAWATAN melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah akibat kekeringan ekstrem. Beberapa wilayah itu tidak dikunjungi hujan lebih dari 60 hari dan yang tergawat lebih dari 80 hari.

"Ada tiga wilayah yang tidak kedatangan hujan hingga 80 hari lebih, yakni Cokrotulung, Klaten, Mungkin dan Ngrajek, Magelang, serta Jumapolo, Karanganyar. Sementara daerah yang sudah 60 hari tidak ada hujan, jumlahnya terus meluas di 21 kabupaten dan kota," papar pengamat cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Rendi Krisnawan, kemarin.

Peringatan dini sudah harus ditiupkan di wilayah-wilayah ini. "Selama Juli, curah hujan masih tetap rendah. Daerah harus mewaspadai karena kekeringan akan semakin meluas," paparnya.

Di Jawa Barat, kekeringan ekstrem juga dirasakan di Kabupaten Indramayu. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Indramayu, Edi Kusdiana, mengaku sudah siap mengantisipasi jika terjadi krisis air bersih.

"Desa-desa yang mengalami krisis air bersih sudah kami minta untuk mengirim surat. Kami akan menanggapinya dengan mendistribusikan air bersih ke wilayah mereka," tuturnya.

Prakirawan BMKG Stasiun Jatiwangi, Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menyebutkan di Indramayu daerah terparah yang terdampak kekeringan ialah Gantar, Bantarhuni, dan Temiyang. "Hari tanpa hujan di ketiga wilayah itu sudah mencapai 94 hari."

Sementara itu, 14 kecamatan lainnya terancam kekeringan ekstrem karena hujan sudah 60 hari lebih tidak turun. Kondisi yang sama juga terjadi pada sejumlah kecamatan di Cirebon dan Majalengka.

Masih di Jawa Barat, sebanyak 8.174 jiwa atau 2.983 kepala keluarga di Kabupaten Sukabumi juga mengalami krisis air bersih. Beruntung, BPBD segera menyalurkan air bersih yang mereka butuhkan.

"Ada 11 desa di tujuh kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Kami bantu dengan menyalurkan 30 ribu liter air bersih," tandas Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna.

 

Kebakaran lahan

Berbeda dengan di Pulau Jawa, warga di Pekanbaru, Riau, waswas dengan kebakaran lahan dan hutan di sekitar mereka. Lahan yang mengering akibat kemarau di tengah kota pun riskan terbakar.

Kemarin, lahan seluas 15 hektare di Jalan Walet, Kelurahan Air Hitam, Payung Sesaki, dimakan api sehingga menimbulkan asap pekat di sekitarnya.

"Vegetasi yang terbakar adalah semak belukar dan akasia. Kondisi tekstur tanah gambut sehingga proses pemadaman cukup sulit karena api berada di bawah dan permukaan," jelas Komandan Manggala Agni Daops Pekanbaru, Edwin Putra.

Sampai kemarin, kebakaran lahan dan hutan terjadi di 12 kabupaten dan kota. Luas total mencapai 3.546 hektare.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap hari di Bangka Belitung mulai dikeluhkan warga karena menimbulkan asap yang mengganggu.

"Saya sepakat, kalau setiap hari seperti sekarang, itu sudah sangat mengganggu," ungkap Gubernur Erzaldi Rosman Djohan.

Kepala BPBD Bangka Belitung Mikron Antariksa mengakui kebakaran hutan dan lahan sudah setiap hari terjadi. Sudah ada 15 titik api yang ditemukan di Kabupaten Bangka Barat dan Bangka.

"Tim pemadam sudah bergerak cepat ke lokasi kebakaran lahan. Ada kendala sarana dan prasarana sehingga beberapa upaya pemadaman harus dilakukan manual," tandas Mikron. (UL/BB/RK/RF/FB/AU/RZ/AD/JI/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya