Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KENDATI kasus demam berdarah dengue (DBD) di Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah menurun. Seiring turunnya intensitas hujan di sana, DBD tetap harus diwaspadai.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan NTT Joice Tibuludji mengatakan, penurunan kasus DBD terjadi sejak Maret 2019. Namun, wabah DBD selama Januari-April 2019, tercatat lebih dari 30 orang meninggal dan puluhan ribu orang dirawat. Korban meninggal terbanyak berasal dari Sumba Timur sebanyak 18 orang.
“Korban meninggal terakhir dari Sumba Timur, tetapi bukan murni DBD, ada penyakit penyerta,” kata Joice di Kupang, Rabu (8/5).
Untuk menanggulangi DBD, jelas Joice, setiap tahun pada Agustus, Dinas Kesehatan NTT mengeluarkan surat peringatan kepada seluruh kabupaten dan kota. Itu bertujuan mengingatkan kabupaten untuk mewaspadai DBD.
“Biasanya kasus DBD mulai ada pada Desember hingga Februari. Memasuki Maret, kasus mulai turun,” kata dia. Peringatan tersebut juga untuk mendorong pemerintah kabupaten/kota melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Selain itu, tiga kabupaten yang sebelumnya menetapkan wabah DBD sebagai kejadian luar biasa (KLB) sudah dicabut, yakni Kota Kupang, Sumba Timur, dan Manggarai Barat.
Sebaliknya, di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, korban meninggal akibat DBD justru bertambah tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu. Data di Dinas Kesehatan Klaten, jumlah korban meninggal ada empat orang dari 136 kasus DBD hingga minggu keempat April lalu. Sementara itu, upaya pengendalian DBD telah dilakukan dengan gerakan PSN dan penyemprotan.
Kasi Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Wahyuning Nugraheni, membenarkan serangan DBD di Klaten meningkat tahun ini. Hal itu terjadi selain faktor siklus tiga tahunan, juga karena pengaruh cuaca.
Menurut dia, PSN lebih efektif jika dibandingkan dengan penyemprotan dalam mengendalikan DBD. “Kewaspadaan penting karena ada 44 desa, 20 kecamatan, dan 24 puskesmas di Klaten endemik DBD pada 2018,” ujarnya. (PO/JS/JL/RF/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved