Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SEBUAH bangunan berdinding kaca berdiri megah di samping landasan pesawat terbang. Tidak begitu jauh dari bangunan itu membentang Samudra Hindia. Itulah sosok fisik dari Bandara Internasional Yogyakarta.
Bandara terbaru di Temon, Kulon Progo, ini akan segera melayani penumpang komersial untuk kali pertama dengan dibukanya rute Citilink dari Halim Perdanakusuma-Yogyakarta International Airport.
Namun, pro-kontra terhadap bandara ini menyeruak, misalnya soal tsunami karena bandara berada di pinggir laut.
Project Manager Pembangunan New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) PT Angkasa Pura I, Taochid Purnomo Hadi, mengatakan pembangunan YIA telah melalui tahapan matang. Mulai studi penentuan lokasi, desain, proses pembangunan, hingga mitigasi kebencanaan telah dilakukan bersama BNPB, BPBD Provinsi DIY, dan BPBD Kabupaten Kulon Progo.
"Kami sudah menghitung potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang bisa disebabkan oleh pergerakan lempeng Indo-Australia di selatan Pulau Jawa," kata Taochid, Jumat (3/5).
Pihaknya juga telah menghimpun pendapat dari peneliti BPPT, BMKG, ITB, UGM, dan UI. Menurut mereka, potensi kekuatan gempa bumi akibat lempeng Indo-Australi ialah 8,5 SR.
Terkait mitigasi bencana, pihaknya mendapat masukan dari profesor pakar kebencanaan dari Jepang, yaitu untuk memilih kekuatan bangunan menghadapi gempa, yaitu 8,5 SR, 8,8 SR, dan 9,1 SR. Angkasa Pura pun lalu memutuskan untuk membuat bandara yang tahan menghadapi gempa 8,8 SR.
Dari permodelan, gempa 8,8 SR bisa menghasilkan tsunami berkecepatan 300-400 kilometer per jam. Tsunami diperkirakan sampai bandara 37 menit. Di sinilah pentingnya 'sabuk hijau' atau barisan pohon yang akan melindungi bandara dari terjangan tsunami dan ditambah dengan adanya bukit pasir.
Ketinggian tsunami saat sampai di bandara, jika tidak ada sabuk hijau, ialah 12 meter. "Dengan adanya sand dune dan green belt, ketinggian tsunami bisa berkurang dari 12 meter menjadi sekitar 9 meter," kata Taochid.
Ini sejalan dengan penuturan Kepala BNPB Letjen Doni Monardo beberapa waktu lalu soal pentingnya penanaman pohon untuk mitigasi bencana. Pohon yang cocok ditanam di pinggir pantai antara lain jenis cemara udang dan pule.
Di sisi lain, Bandara YIA juga memiliki bangunan pusat krisis seluas 4.000 meter persegi dengan daya tampung sekitar 1.000 orang. Tempat itu nantinya bisa menjadi pusat evakuasi jika terjadi tsunami. (Ardi Teristi/X-11)
Pada 2025, Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) digelar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak 74 penghargaan dimenangkan oleh 51 perusahaan dari berbagai kategori dan nominasi.
MENYUSURI Lanskap Yogyakarta melalui Open Trip PORTA by Ambarrukmo Yogyakarta bukan sekedar kota
KANWIL Bea Cukai Jawa Tengah dan DIY bersama Polda DIY berhasil mengungkap tindak pidana narkotika jenis sabu jaringan narkoba internasional Malaysia-Indonesia.
POLITEKNIK Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma) melakukan audiensi dengan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, di Balaikota Timoho, Selasa (8/7/2025).
Penyakit leptospirosis kembali menarik perhatian setelah menimbulkan korban jiwa dan menginfeksi ratusan orang di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
KETUA UMUM Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Euis Nurlaelawati mengatakan isu pernikahananak dan poligami masih menjadi tantangan keluarga Muslim di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved