Jalan Pemicu Banjir Dibongkar

UNTUK mengurangi banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pemerintah kabupaten setempat membongkar jalan yang menutupi aliran air di Sungai Cimanuk. “Ada sumbatan di Sungai Cimanuk lama dan akan dibuka kembali,” kata Bupati Indramayu, Supendi, Rabu (10/4).

Menurutnya, sumbatan berupa jalan tersebut juga menjadi salah satu faktor air tidak bisa mengalir secara maksimal sehingga menyebabkan banjir di lima kecamatan. Apalagi, jalan tersebut tidak digunakan lagi karena untuk menghubungkan Kecamatan Indramayu dan Kecamatan Pasekan telah dibangun jembatan.

Selain Indramayu, banjir juga terjadi di sejumlah ruas jalan raya dan permukiman Kabupaten Bandung. Banjir menyebabkan Jalan Dayeuhkolot menuju Baleendah terputus akibat banjir.

Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Sudrajat mengatakan, masih ada sejumlah titik jalan raya terendam banjir yang menyebabkan antrean kendaraan cukup panjang. Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Operasi BPBD Kabupaten Bandung, sebanyak 14.029 kepala keluarga terdampak banjir.

Sementara itu, banjir di Demak, Grobogan, dan Kota Semarang, Jawa Tengah, mulai surut. Khususnya di Demak, menurut Kepala Pelaksana BPBD Agus Nugroho, ada kemungkinan banjir akan kembali datang karena potensi hujan masih tinggi.

Sementara itu, ada sejumlah desa yang masih terendam banjir, terutama di Desa Dombo dan Sayung. Anak-anak yang sedang mengikuti ujian nasional terpaksa menjalani ujian dengan kaki diangkat karena ruangan sekolah masih terendam banjir.

“Di sini ada 46 siswa yang melaksanakan ujian sekolah berstandar nasional. Mereka terpaksa mengerjakan soal ujian dengan kaki diangkat karena lantai kelas terendam banjir hingg 10 sentimeter,” kata Kepala SD Negeri 4 Sayung, Setyarif Nusantarawati.

Masih terkait dengan banjir, Pemerintah Kota  Tasikmalaya hingga kini belum memiliki solusi penanganan banjir. Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar mengatakan, genangan yang selalu membanjiri jalan protokol akibat drainase tidak berfungsi baik.

“Drainase sudah diperbaiki pada 2018, tetapi sampai sekarang masih ada genang­an apabila hujan deras. Drainase tidak berfungsi. Jadi, belum ada solusi dari Dinas PUPR,” terangnya.

Buoy generasi ketiga
Terkait dengan mitigasi bencana, pemerintah melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan satu Ina Buoy G3 Merah Putih atau buoy buatan Indonesia generasi ketiga di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin.  Peralatan deteksi

tsunami itu dibawa dengan Kapal Baruna Jaya IV menuju Selat Sunda, untuk dipasang di sekitar Gunung Anak Krakatau. “Selain buoy, juga ada dua kabel laut yang dipasang di Selat Sunda dan Mentawai,” kata Kepala BPPT, Hammam Riza, di sela-sela peluncuran Ina Buoy 3G.

Hammam menjelaskan bahwa dalam buoy ini dipasang ocean bottom unit (OBU) yang diletakkan di dinding laut untuk mendeteksi ada tidaknya gelombang tsunami. OBU ini secara aktif mengirimkan data melalui underwater acoustic modem ke tsunami buoy yang terpasang di permukaan laut. Kemudian ditransmisikan via satelit melalui kabel laut ke pusat pemantau tsunami read down station di Gedung I BPPT lantai 20.

Targetnya pada tahun ini ada empat buoy yang akan dipasang di perairan rawan tsunami. Untuk tiga buoy lainnya masih menjajaki kerja sama dengan industri strategis untuk memproduksi dan menciptakan industri untuk mitigasi bencana. Dari hitungan BPPT, lanjut Hammam, dibutuhkan 10 buoy dan 200 km kabel bawah laut untuk seluruh wilayah Indonesia.  (AS/AD/Nda/Ant/N-2)