Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
HARI belum terlalu siang, ratusan siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ikhlas di Desa Ujungnegoro, Kecamaran Tulus, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, bahu-membahu menumbuk beras ketan menggunakan peralatan sederhana dari kayu.
Anak-anak itu masih bisa tertawa dan bercanda saat menumbuk beras ketan. Di sela-sela menumbuk beras ketan, ada beberapa ahli khusus dari Jepang yang mengawasi anak-anak. Pada hari itu, Selasa (9/4), anak-anak diajari cara membuat kue tradisional Jepang, moci. Pelatihnya ialah orang-orang profesional dalam membuat moci.
Beberapa ahli dari ‘Negeri Matahari Terbit’ itu juga tampak antusias dan sabar membimbing ratusan siswa yang ikut dalam kelas Mochitsuki. Bahkan, para pelatih itu ikut larut dalam canda. Terkadang mereka bergantian menumbuk beras ketan.
Para pelatih kemudian mengajari bagaimana membuat isi moci, seperti kacang merah dan gula halus. Kemudian para pelatih itu mengajari anak-anak memasak tepung ketan untuk menjadi adonan moci. Dengan antusias anak-anak memperhatikan cara membuat tepung ketan. Kemudian tepung yang sudah masak itu diisi dengan kacang merah.
Siswa kelas 5 MI Al-Ikhlas, Reza, yang juga peserta belajar kelas Mochitsuki mengungkapkan bahwa dengan datangnya para pembimbing langsung dari Jepang itu, menjadikan para siswa terbiasa berhubungan dengan orang asing. “Selain bisa membuat kue moci, kita bisa belajar bahasa Jepang,” kata Reza.
Kehadiran para ahli moci itu di sekolah tersebut lantaran wilayahnya menjadi bagian dari proyek PLTU Batang berkapasitas 2 x 1.000 mw, yang dirancang Jepang. Mereka mendatangi desa-desa untuk membantu warga di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Project Finance Development Manager PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), Yuta Aoki, mengatakan belajar membuat makanan khas Jepang ini bukan saja menuntut keahlian memasak, melainkan juga mendidik kekompakan team work yang dibentuk sebelumnya. Itu karena setiap kelompok kerja harus bekerja sama dan bergantian tugas, dari menumbuk beras ketan hingga membuat adonan.
General Manager External Relation PT BPI, Ary Wibowo menambahkan, selain belajar membuat moci, para siswa diajari membuat seni lipat kertas (origami) dan lompat tali (nawatobi).
“Kegiatan ini merupakan program PT BPI yang menggarap PLTU Batang untuk bersama-sama warga sekitar, terutama anak sekolah bisa maju dengan giat belajar, disiplin, dan mengasah kreativitas dengan cara menyenangkan,” kata Ary. (Akhmad Safuan/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved