Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
HASIL produksi dan kualitas biji kakao Aceh pada musim panen akhir 2018 hingga awal 2019 (September 2018-Januari 2019) menurun drastis jika dibandingkan dengan musim panen pada tahun sebelumnya. Hal itu berpengeruh besar terhadap pendapatan petani kakao di provinsi paling barat Indonesia tersebut.
Tercatat dari 11 kabupaten/kota penghasil kakao terbesar di Aceh, sembilan di antaranya hasilnya sangat mengecewakan. Kawasan yang produksinya menurun ialah Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Bener Meriah. Sementara itu, kawasan yang hasilnya tergolong sedikit lebih bagus hanya tiga kabupaten, yaitu di tersebar Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, dan sebagian Aceh Utara.
Di Kabupaten Bireuen, misalnya, dari luas kebun kakao sekitar 4.000 hektare, hasil produksi yang diperoleh pada musim panen September 2018 hingga 2019 hanya sekitar 1.500 ton. Jumlah tersebut lebih rendah daripada hasil panen tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 3.000 ton. Kondisi hampir sama juga terjadi di Kabupaten Pidie, hasil panen kakao yang biasanya mencapai 300 kg per ha, sekarang hanya memperoleh 100 kg per ha.
Adapun Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh yang merupakan leading sektor petani kakao ditengarai tidak peduli dengan apa yang sedang dialami petani kakao. Karenanya, para petani kakao mengaku sangat kecewa dengan lembaga tersebut.
Selain turunnya hasil produksi, kualitas biji kakao Aceh pada musim panen belakangan ini juga sangat buruk. Misalnya, kalau dulu biji kakao sebesar ujung jari tengah, sekarang hanya seperti ukuran ujung kelingking.
Itu sebabnya pendapatan petani kakao kali ini tidak sesuai dengan biaya atau ongkos produksi yang mereka keluarkan. "Produksi kali ini sangat kurang, menurunnya sampai 50% dari biasanya. Ditambah lagi dengan kualitas biji yang rendah," tutur Husaini MY, Ketua Forum Kakao Aceh (FKA) Kabupaten Bireuen, kemarin.
Turunnya hasil produksi kakao Aceh ditengarai karena beberapa faktor, di antaranya ialah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK) sehingga mengganggu pertumbuhan buah. Hal itu dipicu cuaca atau iklim yang tidak kondusif selama proses produksi dari musim berbunga hingga menjadi buah, bahkan menjelang panen. (MR/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved