Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

BNPB Sebut Batu Pemecah Ombak justru Berbahaya Saat Tsunami

Yose Hendra
06/2/2019 19:10
BNPB Sebut Batu Pemecah Ombak justru Berbahaya Saat Tsunami
(ANTARA)

BATU pemecah ombak (grip) yang dibangun di pantai untuk mengantisipasi abrasi dan banjir rob, tidak bermanfaat untuk mengantisipasi tsunami, malah bisa membahayakan.

"Gelombang tsunami itu akan menyapu batu grib tersebut dan membawanya bergulung-gulung ke daratan hingga berbahaya bagi makhluk hidup yang kena terjang," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Doni Monardo, di Padang, Sumatra Barat, Rabu (6/2).

Ia mengatakan itu dalam Rapat Koordinasi Mitigasi dan Penanganan Gempa-Tsunami bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah di Padang.

Menurutnya, jika diterjang tsunami cara yang paling baik adalah dengan mencari sesuatu yang mengapung dan bisa dinaiki, karena dalam arus tsunami itu sangat banyak material yang berpilin seperti dalam blender.

Ia menyebut pengalaman dalam tsunami Aceh, orang yang bisa menggapai sesuatu untuk mengapung punya kesempatan hidup lebih besar. Jika masuk dalam arus, kemungkinan hidup sangat tipis.

Doni merekomendasikan batu grip itu diganti dengan pohon endemik yang telah terbukti bisa membantu meredam ganasnya gelombang tsunami.

Baca juga: Terombang-Ambing di Laut, 10 ABK Sri Mulyo Berhasil Dievakuasi

Adapun jenis pohon yang bisa dijadikan 'benteng vegetasi' itu di antaranya cemara udang yang terbukti cukup efektif menahan efek gelombang tsunami di Phuket Thailand pada 2004 dan pohon bakau juga bisa membantu seperti halnya terjadi pada tsunami di Donggala Oktober 2018.

Dia meminta jenis tanaman itu, yang saat ini telah ada agar dilindungi dan tidak ditebang. Pihak yang mencoba menebang harus diberi sanksi tegas.  

Kemudian pohon Palaka yang sangat besar dengan tinggi bisa mencapai 40 meter. Pohon itu asal Ambon dan kemungkinan bisa dibiakkan di daerah lain termasuk Sumbar. Pohon Pule, Ketapang, Waru, Beringin, dan Mahoni diyakini juga cocok untuk meredam kuatnya gelombang tsunami.

"Nanti masing-masing daerah bisa menjajaki jenis pohon yang lebih cocok untuk ditanami di pinggir pantai sebagai benteng vegetasi," katanya.

Selain itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota juga memperkuat koordinasi terutama untuk antisipasi jika bencana benar-benar terjadi.

"Pengalamannya, saat bencana itu koordinasi paling sulit. Karena itu sejak awal harus dipersiapkan," ujarnya.

Kepala BNPB juga mengunjungi Mentawai secara langsung untuk melihat kesiapan masyarakat di kepulauan yang menyimpan potensi gempa 8,8 skala Richter itu. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya