Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Warga Jogja Selenggarakan Topo Mbisu Mubeng Beteng

Ardi Teristi Hardi
24/1/2019 11:50
Warga Jogja Selenggarakan Topo Mbisu Mubeng Beteng
(Ilustrasi/ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

SITUASI kebangsaan dan kondisi politik dalam proses berdemokrasi di tahun politik ini rentan konflik. Hal yang wajar sebenarnya terjadinya kontestasi atau persaingan namun ada hal lebih mendasar yaitu masalah kebangsasan yang membutuhkan perhatian.

Melalui laku budaya "Topo Mbisu, Mubeng Beteng' sejumlah elemen masyarakat di Yogyakarta bergabung bersama untuk mengingatkan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan penyelesaian beragam masalah kebangsaan secara jernih.

"Melalui topo mbisu ini, kita berharap bisa beresonansi ke seluruh  Indonesia. Kita ajah gugah-gugah dan dudah atau mengajak publik agar bisa menyelesaikan beragam masalah secara jernih, lewat laku budaya topo mbisu," kata Sukabiwata, Sekretaris acara kegiatan Topo Mbisu, Mubeng Beteng lewat siaran pers, Kamis (24/1) pagi.

Agenda kegiatan Topo Mbisu Mubeng Beteng dimaksudkan untuk mewujudkan harapan agar kedaulatan NKRI tetap tegak ini akan dilaksanakan pada Kamis (24/1) malam, atau tepatnya malam Jumat Kliwon dengan diawali ritual di depan Pergelaran Keraton Yogyakarta.

 

Baca juga: Setia kepada NKRI Harga Mati

 

Sebelum dilakukan laku budaya topo mbisu, sejumlah ritual dilakukan yaitu pembacaan kidung Pameling, orasi pendek dan pengalungan lawe gelang sebelum dilepas mubeng beteng.

"Kita ingin mengingatkan meskipun diam, sebenarnya rakyat itu bukan pasif tapi juga bersuara. Adanya hoaks, ujaran kebencian dan lain sebagainya merupakan ancaman bagi persatuan bangsa. Kita ingin kembali merevitalisasi semangat dengan bergotong royong bersama melawan hal-hal yang memecah belah NKRI, dengan membentengi nusantara ini dari Yogyakarta," kata Sukabiwata.

Saat ini, ada banyak pelemahan yang terjadi, termasuk adanya proxy war untuk melemahkan ketahanan Indonesia yang dikerjakan kekuatan asing dari tahap bertahap. 

Guna menangkal pelemahan di segala bidang baik dari ekonomi, politik, hukum, peraturan perundang-undangan, sejarah, media informasi, pergerseran watak perilaku bangsa, dibutuhkan kebersamaan elemen rakyat.

Endardi, Ketua kegiatan Topo Mbisu Mubeng Beteng menambahkan ada harapan agar NKRI tetap kuat. Melalui aksi budaya ini, diharapkan tumbuh semangat perjuangan kaum nasionalis hadirnya hiruk pikuk di tahun politik ini bisa ditata ulang.

"Ini laku spiritual dan gotong royong bersama banyak elemen. Kita berjalan bersama berlawanan dengan arah jarum jam. Sekaligus berdoa untuk bangsa. Hanya ada simbol bendera merah putih yang nanti akan di cuci di akhir kegiatan setelah dibawa berkeliling dengan air dari tujuh sumber termasuk dari samudera atau air laut selatan," kata Endardi.

Aksi ini dijadwalkan akan dimulai sekitar pukul 20.00 WIB di depan Pagelaran, Alun-Alun Utara, Keraton Yogyakarta. Diperkirakan, paling tidak akan ada sekitar 500 orang yang ikut dalam kegiatan ini. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya