Dari Temaram ke Terang Benderang

BILA Anda pada malam hari keluar gerbang Tol Cikopo, Cikampek, Jawa Barat, kemudian belok kanan ke arah Purwakarta, sekitar 1 kilometer dari gerbang tol di kiri jalan, Anda akan menjumpai masjid megah nan indah berarsitektur unik dengan lampu warna-warni.

Masjid seluas 5.200 meter persegi itu terdiri atas 4 menara yang melambangkan 4 mazhab dalam Islam, yakni mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris atau Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.

Masjid yang bisa menampung sebanyak 3.500 jemaah itu dibangun dengan anggaran Rp48 miliar dan suasananya berbeda dengan masjid lainnya. Pada umumnya nama masjid berbau kearab-araban. Namun, masjid yang dibangun di bekas wilayah prostitusi itu bernama Tajug Gede Cilodong.

“Nama masjid tidak perlu kearab-araban. Lihat aja para ulama kita menamakan pesantren cukup dengan nama daerah, seperti Tebuireng, Lirboyo. Kalau di Purwakarta, Cipulus. Jadi, ya masjid ini kita namakan Tajug Gede Cilodong,” ujar Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta, seusai Salat Isya pada Sabtu (29/12) di Tajug Gede, Cilodong.

Tajug gede berasal dari bahasa Sunda, artinya ‘masjid besar’. Tak hanya itu, di pintu masuk masjid sebelah kiri dan kanan terdapat aksara Sunda yang searti dengan nama masjid.

Keindahan masjid juga dipercantik dengan ukiran khas Jawa Barat di sekeliling masjid. Ukiran terbuat dari kayu jati pilihan dari Gunung Jati, Cirebon, berfungsi menggantikan kaca sehingga udara segar dari luar bisa masuk ke masjid. “Biarkan angin masuk masjid sehingga tidak memerlukan AC (pendingin) atau kipas angin,” ungkap Dedi yang dikenal sebagai budayawan Sunda ini.

Di bagian dalam belakang masjid terdapat 9 beduk besar yang bermakna 9 wali (Wali Sanga). Menjelang Salat Jumat, sembilan beduk ini akan dibunyikan serentak. Begitu pula azan Jumat, dikumandangkan sembilan muazin. “Spirit Wali Sanga menginspirasi masjid ini,” tuturnya.

Pembangunan masjid diresmikan Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin pada 12 Mei 2017 ketika Dedi masih menjabat Bupati Purwakarta. “Masjid sengaja dibangun di bekas daerah remang-remang. Image Cilodong harus dihapus sebagai kawasan prostitusi,” ungkap Dedi yang juga Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Tajug Gede Cilodong ini.

Total lahan kawasan Islamic Center Purwakarta 10 hektare. Selain masjid, akan dibangun agrowisata, air mancur, dan fasilitas olahraga. “Masyarakat sini yang menggarap.” Menurut Dedi, masjid tak hanya menjadi episentrum ibadah, tetapi juga harus berdampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat. (Ade Alawi/N-1)