Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
MEMASUKI Triwulan III 2018 ini perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta semakin bertumbuh. Tercatat selama Triwulan III ini, ekonomi DIY tumbuh sebesar 6,03% jika dibandingan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini, juga menunjukkan angka yang lebih tinggi ketimbang triwulan yang sama tahun sebelumnya, yakni 5,90 persen.
"Capaian Triwulan III 2018 merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir, serta lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pertumbuhan nasional, 5,17% dan Jawa sebesar 5,74% jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Budi Hanoto, Selasa (6/11).
Ia mengemukakan, tren peningkatan pertumbuhan ekonomi DIY yang terus berlanjut tidak terlepas dari akselerasi pembangunan infrastruktur melalui sisi investasi yang tumbuh meningkat. Selain itu, ujarnya, kinerja perdagangan luar negeri DIY tumbuh meningkat dengan kinerja pertumbuhan ekspor yang tumbuh lebih tinggi.
Budi Hanoto kemudian menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat ini tecermin dari indikator permintaan lainnya. Konsumsi pemerintah, jelasnya, mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 8,43% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang disebabkan oleh tingginya realisasi belanja modal APBD dan APBN utamanya untuk konstruksi proyek yang sedang berjalan.
Kinerja ekspor katanya lagi mengalami peningkatan sebesar 14,62% (yoy), seiring dengan masih tingginya permintaan dari negara mitra dagang di tengah momentum perbaikan ekonomi global. Di sisi lain, imbuhnya, pertumbuhan impor tumbuh lebih rendah sebesar 3,01% (yoy) yang didominasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dalam aktivitas produksi.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertanian. Sektor konstruksi tumbuh melesat sebesar 14,87% (yoy), yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi DIY.
Pertumbuhan tersebut katanya, didorong oleh aktivitas konstruksi untuk proses pembangunan infrastruktur seperti bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), pembangunan mal di Sleman, serta perbaikan dan pelebaran jalan di beberapa tempat. Selain itu sektor pertambangan dan penggalian melanjutkan pertumbuhan sebesar 11,0% (yoy), yang dipengaruhi oleh kebutuhan pasir dan galian lainnya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas konstruksi.
Sementara itu sektor pertanian mengalami kontraksi minus 0,18% (yoy), dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengalami musim kemarau lebih panjang. Pergeseran musim menyebabkan pola tanam yang berubah, sehingga produksi pertanian seperti padi dan cabai di Triwulan III 2018 tidak sebesar tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan ekonomi DIY ditopang oleh inflasi yang rendah dan stabil," tegasnya. (A-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved