Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PERINGATAN Hari Pangan Dunia 2018 dengan tema Tindakan kita adalah masa depan kita, dunia tanpa kelaparan berlangsung di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), pada 18-21 Oktober. Bagaimana Kalsel menjaga pangan kendati sebagian besar wilayahnya ialah lahan rawa.
Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia, Denny Susanto dengan Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, pada Sabtu (20/10).
Apa yang melatarbelakangi Kalsel sebagai tuan rumah Hari Pangan Sedunia?
Kalsel merupakan salah satu provinsi penyangga pangan nasional dengan produksi padi 2,3 juta ton. Kalsel juga memiliki tipologi lahan pertanian salah satunya ialah rawa. Potensi rawa ini sangat besar. Sesuai tema hari pangan tentang pengoptimalan lahan rawa, maka Kalsel dipilih menjadi tuan rumah peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 tahun ini. Menurut perhitungan, jika Kalsel mampu mengoptimalkan lahan rawa ini, Kalsel akan menjadi daerah lumbung pangan nasional serta mendukung Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.
Di Kalsel sejauh mana program diversifikasi pangan ini?
Ya, seiring pertumbuhan penduduk dan ancaman semakin berkurangnya lahan pertanian. Maka pemerintah daerah juga telah memulai menerapkan program penanaman tanaman pangan selain beras, berupa jagung dan ubi. Kalsel juga sangat cocok bagi pengembangan komoditas ini.
Program apa saja untuk mendukung diversifikasi pangan di Kalsel?
Program di lapangan yang telah dijalankan terkait dengan diversifikasi pangan ini berupa kampanye melalui program satu hari tanpa nasi. Program konsumsi pangan selain beras, berupa jagung, ubi, dan pisang. Saat ini semakin banyak warga kota dan desa mulai memanfaatkan lahan pekarangan masing-masing untuk ditanam tanaman pangan dan sayuran lewat program Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kawasan rumah pangan lestari ini sudah terbangun 60 unit tersebar di 13 kabupaten/kota. Selain itu, ada pula program Lumbung Pangan Desa guna menjaga ketahanan pangan di desa yang masuk bagian diversifikasi pangan.
Apakah diversifikasi pangan ini bisa menekan konsumsi beras?
Fakta di lapangan, konsumsi beras atau nasi masyarakat Kalsel terus menurun. Faktor gaya hidup modern dan gencarnya kampanye pangan nonberas ikut memengaruhi menurunnya konsumsi beras masyarakat. Berdasarkan hasil survey 2005, tercatat tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat 139 kilogram per tahun. Kemudian mengalami penurunan pada 2010 menjadi 124 kilogram per tahun dan terakhir konsumsi beras masyarakat per tahunnya sebanyak 108 kilogram. Tercatat produksi jagung meningkat 176.648 ton jagung pipilan kering (JPK) sebesar 137,46% dari 128.505 ton JPK pada 2015, menjadi 305.153 ton JPK pada 2017 dengan luas tanam seluas 56.124 hektare pada 2017. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved