Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Mahathir Dorong ASEAN Bantu Indonesia

Denny Parsaulian Sinaga
04/10/2018 14:36
Mahathir Dorong ASEAN Bantu Indonesia
(AFP/KENA BETANCUR)

PERDANA Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada Kamis (4/10) mengatakan Komite ASEAN untuk Manajemen Bencana (ACDM) memiliki peran besar untuk ikut sert mengoordinasikan dan memperluas bantuan dan dukungan untuk Indonesia. Indonesia yang dilanda gempa bumi dahsyat dan tsunami pekan lalu.

Dia mengatakan beberapa daerah di Sulawesi yakni Palu, Donggala, dan Sigi, mengalami kehancuran besar-besaran akibat malapetaka itu.

Jumlah kematian resmi dari gempa berkekuatan 7,5 Jumat (28/9) meningkat menjadi 1.407. Para pejabat mengatakan angka itu bakal meningkat lebih jauh.

"Tragedi seperti itu menyayat hati. Sebagai tetangga, kami tidak ingin duduk dan menonton dari pinggir lapangan," katanya. “Tetapi untuk mencoba membantu tanpa koordinasi yang baik dan perencanaan strategis akan menyebabkan situasi kacau lebih kacau. Alih-alih membantu, kami mungkin akan mengganggu penyelamat lainnya. "

Dia menambahkan bahwa dalam keadaan seperti itu, ACDM memiliki peran utama untuk dimainkan.

Mahathir berbicara pada pembukaan pertemuan ke-33 ACDM, Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN ke-6 tentang Penanggulangan Bencana (AMMDM) dan Pertemuan Terkait.

Pemimpin Malaysia itu juga menyatakan keyakinannya bahwa setiap negara anggota ACDM akan memberikan bantuan kepada Indonesia melalui badan penanggulangan bencana mereka sendiri.

"Bersama-sama, saya yakin kami dapat membantu tetangga kami untuk meringankan bebannya," katanya.

Dia mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Malaysia (NADMA) telah berkoordinasi dengan instansi terkait dan siap untuk mengerahkan tim pencari dan penyelamatan serta bantuan kemanusiaan ke Indonesia.

Pada acara tersebut, Mahathir juga menyaksikan penyerahan bantuan kemanusiaan senilai RM1 juta (US $ 241.000) bagi Sulawesi.

Mahathir mengatakan bahwa risiko bencana harus ditanggapi serius mengingat tingkat keparahan dampaknya terhadap kehidupan dan mata pencaharian serta perkembangan bangsa-bangsa.

Dia mengatakan hampir setengah dari bencana di dunia terjadi di Asia, membuat wilayah ini menjadi daerah yang paling rawan bencana di dunia.

Dia mengatakan bahwa untuk periode 2000 hingga 2017, data menunjukkan bahwa kawasan di Asia Pasifik terjadi 45% bencana global, 60% korban bencana global, dan 85% penduduk Asia terkena dampak bencana global.

"Malaysia sepenuhnya sepakat bahwa bencana tidak boleh dilihat dalam konteks bencana alam tetapi harus dinilai bersama krisis manusia dan konflik," katanya.

Perjanjian ASEAN tentang Manajemen Bencana dan Tanggap Darurat (AADMER) telah terbukti sebagai perjanjian regional yang telah dipuji sebagai salah satu praktik terbaik dunia, progresif dan komprehensif dan mengikat secara hukum untuk 10 negara anggota ASEAN.

“Komitmen kuat ASEAN untuk mengurangi dampak bencana harus tercermin dalam respon bersama terhadap bencana darurat selain dari bekerja untuk menjadi pemimpin dunia dalam manajemen bencana," tambah Mahathir.

Ketika ditanya tentang laporan media yang menyatakan tiga pelampung yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk sistem peringatan dini tsunami telah dibuang karena tidak berfungsi, dia mengatakan pemerintah akan menyelidiki masalah ini.

Instalasi peralatan buatan Norwegia, senilai RM7,2 juta dilakukan secara bertahap sejak 2006 di tiga lokasi yaitu di Laut Andaman, Laut Sulu, dan Laut Cina Selatan.

Proyek buoy tsunami atau tsunameter adalah hasil kerja sama Malaysia dan Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami Aceh 2004. Bencana itu menewaskan lebih dari 230.000 orang di 14 negara, termasuk Malaysia. (Bernama/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya