Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SIANG yang terik di Dusun Wanarata, Desa Kalitapen, Kecamatan Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah, dimanfaatkan Misdar, 42, untuk mengeluarkan singkong yang telah berubah menjadi gaplek atau krekel. Ia membawanya ke atas genting untuk dijemur hingga benar-benar kering. Sebelumnya, ia telah menyimpan oyek yang telah mengering untuk disimpan di dalam lemari rumahnya.
"Kalau oyek itu pengganti nasi, sedangkan untuk krekel hanya untuk pelengkap makanan. Kedua makanan tersebut berbahan baku singkong. Kalau musim kemarau seperti sekarang, hasil pangan warga hanya singkong. Karena tidak tanam padi, singkong saja dijadikan oyek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Misdar kepada Media Indonesia, Kamis (2/8).
Setiap hari ia bersama orangtuanya memasak oyek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami hanya memiliki persediaan oyek, makanan pengganti nasi, dan itu sudah merupakan kebiasaan kami. Makan nasi hanya sesekali," kata Misdar yang sehari-hari berprofesi sebagai penderes dengan penghasilan Rp20 ribu setiap harinya.
Penduduk di wilayah itu tidak punya sawah. Lokasi desa yang didiami Misdar dan Warsem berada di pegunungan, dengan wilayah sekitarnya berupa hutan jati.
Untuk memproduksi oyek, Misdar dan Warsem menjemur singkong sampai kering kemudian ditumbuk. Setelah lembut langsung dikukus dan dikeringkan di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering.
"Kalau ingin dimakan, oyek itu dikukus lagi. Jadilah nasi oyek," terang Warsem.
Di Dusun Wanarata, menanam padi hanya bisa dilakukan pada musim penghujan, terutama untuk jenis padi gogo. Persawahan di dusun tersebut tidaklah luas.
Kepala Dusun III Wanarata, Karto, menyebutkan dari 450 keluarga atau sekitar 2.000 jiwa warganya, yang mengonsumsi oyek dan krekel sebagai pengganti nasi sekitar 50 keluarga.
"Mereka memang tidak mampu, tetapi kalau ada beras ya makan nasi. Terutama kalau ada penyaluran beras sejahtera (rastra). Mungkin saat sekarang tidak lagi panen saat musim kemarau dan stok beras habis, maka sekarang mengonsumsi oyek. Bagi warga di sini, makan oyek dan gaplek merupakan sebuah kebiasaan turun-temurun sejak dulu," ungkapnya.
Menurutnya, saat musim kemarau tidak memungkinan penduduk menanam padi sehingga pada umumnya hanya ketela pohon atau singkong yang dapat ditanam.
"Kalau sawah ada sekitar 30 ha, juga kebun singkong 30 ha. Tetapi sawah hanya bisa ditanami pada musim penghujan," ujarnya lagi.
Selain menanam padi, warga juga menanam palawija seperti jagung, kedelai , dan kacang-kacangan. "Sehingga wajar saja warga di sini ada yang mengonsumsi oyek sebagai pengganti nasi. Tetapi tidak terlalu banyak," pungkasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved