Debit Air Jangari Menyusut Ancam Kematian Massal Ikan

Benny Bastiandy
31/7/2018 13:15
Debit Air Jangari Menyusut Ancam Kematian Massal Ikan
Kawasan perairan Jangari di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat(MI/Benny Bastiandi)

DEBIT air di perairan Jangari, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai surut hingga mencapai sekitar 20 meter bersamaan musim kemarau. 

Kondisi tersebut bisa berpotensi mengancam kematian massal ikan yang dibudidayakan di keramba jaring apung.

"Iya betul, sekarang air waduk Cirata, satu di antaranya di perairan Jangari sudah mulai surut. Perkiraan penyurutannya mencapai 20 meter. Dampaknya, sektor budi daya ikan berpotensi kena virus dan bisa mabuk karena kurang oksigen (upwelling)," terang Wakil Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Jangari, Hendrawan, kepada Media Indonesia, Selasa (31/7).

Fenomena upwelling kerap jadi momok menakutkan bagi para pembudi daya ikan di keramba jaring apung Jangari. Fenomenanya terjadi sebagai dampak cuaca ekstrem. Biasanya terjadi karena perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Terjadinya perubahan cuaca itu mengakibatkan limbah pakan di dasar air bermunculan ke atas. Fenomena itu membuat ikan keracunan karena kekurangan oksigen. 

Di sisi lain, potensi perikanan di keramba jaring apung Jangari terbilang cukup bagus. Dalam satu hari produksinya minimal bisa mencapai 80 ton dan maksimal 100 ton lebih.

"Para pembudi daya ikan sekarang mulai bersiap mengantisipasi menghadapi kondisi cuaca sekarang," ujarnya.

Surutnya debit air permukaan di perairan Jangari dirasakan juga berdampak terhadap sektor pariwisata. Satu di antara dampaknya, kata Hendrawan, terjadi penurunan jumlah wisatawan karena dengan surutnya debit air permukaan mengakibatkan kualitas air jadi lebih kotor.

"Air sudah mulai kelihatan kotor dan bau sampah yang berserakan di pinggiran waduk. Kondisi ini tentu tidak nyaman bagi wisatawan domestik maupun mancanegara," bebernya.

Sejauh ini kawasan perairan Jangari masih menjadi menjadi objek wisata tirta andalan di Kabupaten Cianjur. Setiap kali memasuki masa liburan, objek wisata di kawasan timur Cianjur itu sering dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah. Tak jarang juga dikunjungi wisatawan mancanegara, utamanya dari Timur Tengah.

Satu di antara tolok ukurnya pada liburan Idulfitri lalu sebelum memasuki musim kemarau. Jumlah wisatawan meningkat hampir 30% dibanding hari libur atau hari biasa.

"Sekarang (wisatawan) mulai menurun. Kondisi ini juga yang banyak dikeluhkan para pelaku usaha wisata. Kalaupun ada wisatawan yang datang, mereka enggan menyewa perahu. Ditambah masih minimnya fasilitas sehingga membuat tak nyaman para wisatawan," tandas Hendrawan. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya