Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengimbau masyarakat di lereng Gunung Merapi tidak panik dengan adanya asap solfatara yang akhir-akhir ini kerap diembuskan gunung teraktif di Indonesia itu.
Asap solfatara yang keluar dari gunung di perbatasan Sleman, DI Yogyakarta, dan Magelang, Boyolali, Klaten, Jawa Tengah tersebut, menurut Kepala BPPTKG Hanik Humaida di Yogyakarta, merupakan peristiwa normal yang menunjukkan memang ada aktivitas vulkanis di Gunung Merapi.
"Karena memang mulai 11 Mei 2018 ada letusan sehingga asap yang keluar tersebut selama beberapa minggu ini merupakan bagian adanya aktivitas," ujar Hanik, kemarin.
Berdasarkan pemantauan BPPTKG, ketinggian asap solfatara Gunung Merapi (2.968 mdpl) terpantau mencapai 400 meter pada kemarin, Minggu (3/6) pagi pukul 04.13 WIB dari kawah puncak gunung api itu dengan arah angin ke arah timur laut. Hanik berharap masyarakat agar tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi dari sumber yang tidak jelas serta tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah, menanyakan langsung ke BPPTKG atau instansi terkait lainnya.
"Insya Allah kalau ada kenaikan (aktivitas) yang signifikan alat-alat pemantauan kami akan mendeteksi. Warga tidak perlu panik karena kepanikan bisa menyebabkan timbulnya bahaya, misalnya kecelakaan," kata dia.
Menyikapi kondisi Merapi saat ini, Juru Kunci Redi Merapi, Mas Kliwon Surakso Hargo atau Mas Asih, meminta masyarakat yang tinggal di lereng untuk waspada. "Meski saat ini belum ada pemerintah mengungsi masyarakat harus selalu memperhatikan Gunung Merapi. "Jika terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan ya harus segera lari turun," pungkasnya.
Pada akhir pekan, Sekdaprov Jawa Tengah, Sri Puryono, bersama Bupati Klaten Sri Mulyani melihat kondisi warga di lereng Gunung Merapi. Sri Puryono mengunjungi Balai Desa Balerante melihat kondisi pengungsi yang baru turun dari Sambungrejo, sebuah dusun yang terletak paling tinggi di lereng Gunung Merapi.
Siang itu jumlah pengungsi 11 orang terdiri dari manula dan anak balita. Namun, pada malam hari jumlah pengungsi bertambah bisa mencapai 75-100 orang. "Pada siang hari mereka pulang mengurus ternak peliharaannya," kata Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Bambang Giyanto.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved