Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Membayar Iuran BPJS dengan Limbah Sampah

Ahmad Yakub/N-3
15/5/2018 03:30
Membayar Iuran BPJS dengan Limbah Sampah
(MI/ M Yakub)

SEJAK pagi, puluhan ibu mendatangi Balai Desa Sidorejo, Kecamatan Lamongan, Jawa Timur, Minggu (13/5). Mereka membawa kardus, botol plastik, kompor bekas, dan sejumlah peralatan rumah tangga. Beberapa orang ditunjuk untuk menimbang barang, sedangkan lainnya diminta untuk merapikan barang-barang bekas itu untuk dimasukkan ke karung plastik.

Banyaknya barang bekas yang terkumpul di balai desa ini untuk diserahkan ke bank sampah setempat. Desa yang terletak di pinggir jalur rel ganda jurusan Surabaya-Jakarta ini menggerakkan warganya untuk menjual limbah rumah tangga ke bank sampah. Hasil penjualan barang bekas ini untuk membayar iuran Jaminan kesehatan Nasional warga setempat.

Warga merasa sangat terbantu dengan adanya program jaminan kesehatan yang diinisasi pemerintah desa. Pembayarannya pun cukup dengan menjual barang-barang yang tidak lagi dipakai ke bank sampah.

"Kami senang sekali mas. Setidaknya biaya kesehatan dan berobat warga sudah ada yang menjamin," kata Mukarni, 50, warga Desa Sidorejo kepada Media Indonesia.

Alhasil, hingga saat ini sudah 75% warga Desa Sidorejo yang sudah terkover BPJS. "Iya, saya juga dapat BPJS dari desa," kata Sumarno, 55, warga yang berprofesi sebagai tukang becak.

Kepala Desa Sidorejo, Kecamatan Lamongan, Saptaya Nugraha Duta, menjelaskan ide membuka bank sampah itu dirintis setelah ia dilantik sebagai kepala desa pada 2008. Saat itu sampah menjadi persoalan yang mendesak untuk segera diatasi.

Dari hasil musyawarah desa disepakati membuat bank sampah. Para ibu rumah tangga yang tergabung dalam PKK juga bersedia mengumpulkan sampah dari limbah rumah tangga. Sampah tersebut kemudian dititipkan ke tempat penampungan sementara. "Kemudian, sampah diambil oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya. Kalau sekarang sampah itu ditangani dinas lingkungan hidup," terang Saptaya.

Kegiatan tersebut sudah berjalan selama tiga tahun. Pada 2011, Pemkab Lamongan membuat program Lamongan Green and Clean. Desa Sidorejo ikut serta dalam perlombaan tersebut dan sering masuk nominasi.

Terinspirasi dengan Universal Health Coverage, pada 2015 dibuatlah bank sampah. "Awalnya dibuat unit-unit pada masing-masing RT. Dan pada perkembangannya dibuat bank sampah sektor sebanyak 13 unit dari total 15 RT di 15 RT di Desa Sidorejo," tambahnya.

Setelah berjalan sekitar tiga bulan, sampah kering yang terkumpul mencapai 1,5 ton, dijual pada pengepul, dan mendapatkan uang Rp3 juta. Dari hasil musyawarah desa, disepakati uang itu untuk membayar BPJS dengan besar angsuran Rp25 ribu per orang. Dengan uang tersebut bisa membayar angsuran 120 warga. Terbatasnya dana membuat desa berinisiatif meminjam dana dari Bumdes yang menaungi bank sampah sebesar Rp40 juta untuk membayar angsuran BPJS Kesehatan warga. Dari pinjaman itu, jumlah warga yang terkover BPJS menjadi 1.720 jiwa dari total 2.601 warga, atau 75% penduduk Sidorejo, sedangkan sisanya sebanyak 881 jiwa ditargetkan pada Agustus.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya