Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Mantan Teroris bakal Dijadikan Narasumber dalam Misi Perdamaian

Yose Hendra
03/5/2018 20:40
Mantan Teroris bakal Dijadikan Narasumber dalam Misi Perdamaian
(MI/Pius Erlangga)

KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Teorisme (BNPT) Komjen Pol Drs Suhardi Alius menyebutkan mantan teroris akan dijadikan narasumber dalam misi perdamaian.

"Presiden RI lebih memilih untuk menyelamatkan mereka korban terorisme dan dari korban terorisme sekarang sudah 120 orang mantan narapidana yang sudah dikembalikan. Mantan teroris ini akan dijadikan narasumber dalam misi perdamaian," jelas Suhardi saat memberikan Kuliah Umum dengan tema 'Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme', di Kampus Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Sumatra Barat, Kamis (3/5).

Dia berpesan agar masyarakat Sumbar tidak memarginalkan atau mengintimidasi mantan narapidana resonansi bangsa dan radikalisme karena hal itu hanya akan membuat para napi teroris merasa semakin terasing.

"Terorisme memang ancaman global, tapi yang bisa mengindentifikasi akar masalahnya ya dari negara masing-masing, kita butuh para pakar, para ahli, para profesor untuk mengindetifikasi masalahnya, sehingga bisa didapatkan cara dan formula yang pas untuk mencegah dan menanggulanginya," kata alumnus Akademi Kepolisian 1985 ini.

Suhardi mengajak seluruh peserta untuk dapat menanamkan dan memelihara semangat yang berdasarkan kepada empat pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Dengan semangat tersebut, diperkaya dengan pengetahuan sejarah dan kearifan lokal dapat membentengi diri dari berbagai terpaan yang dapat mengancam kesatuan Indonesia, seperti radikalisme dan terorisme.

"Zaman sekarang di mana perkembangan teknologi dan dunia maya dimanfaatkan oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab, kita lah yang harus mampu mengidentifikasi konten-konten di media sosial, maka kita perlu sense of crisis," tegas Suhardi.

Lebih lanjut, Suhardi mengingatkan bahwa generasi muda, pelajar, dan golongan terdidik tidak aman dari infiltrasi pemahaman-pemahaman
menyimpang. Mengetahui hal ini, para peserta diharapkan tidak menurunkan rasa awas dan kewaspadaan terhadap lingkungan mereka, baik lingkungan sosial maupun di dunia maya.

"Mahasiswa harus peka dan selalu waspada karna infiltrasi semacam ini nyata adanya. Dan kalau kalian merasa ada teman, kerabat, tenaga pengajar yang dirasa menyimpang agar kalian berani mengingatkan bahkan melaporkannya," ujarnya.

Disesi tanya jawab, Suhardi memberikan edukasi kepada sivitas akademika UNP bila ada gejala radikalisasi di kampus, maka segera koordinasikan dengan jajaran Polda Sumbar.

Suhardi pada paparannya menjelaskan, stikma resonansi dan radikalisme tidak hanya dianut oleh beberapa orang yang melakukan menyimpangkan, bahkan juga anak-anak tak berdosa juga berpotensi menjadi seorang teroris. Masyarakat diminta cerdas dalam memilih dan memilah informasi apalagi memalui media massa.

"Semua terbuka di media sosial, filternya ada semua dalam diri kita sendiri yang mempengaruhi khususnya guru, keluarga, komunitas" ujarnya.

Dikatakannya, media sosial sangat berperan penting dalam penyebaran paham khususnya bagi mereka yang kekurangan knowledge sehingga paham tersebut dapat dengan mudah tinggal dan mendarah daging dalam diri.

Rektor UNP Ganefri mengatakan dalam rangka memerangi bahaya tindakan radikalisme, UNP bekerja sama dengan BNPT, yang kebetulan dipimpin putra Minang, yang peduli kepada generasi muda sebagai penerus bangsa. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik