Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Tetap Rukun di Tahun Politik

Kristiadi
17/2/2018 09:01
Tetap Rukun di Tahun Politik
(MI/Benny Bastiandy)

PERAYAAN Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh di tahun politik membuat masyarakat semakin menyadari pentingnya merawat kebersamaan dalam keberagaman, terlebih dengan munculnya berbagai aksi intoleran terhadap sejumlah pemuka agama yang terjadi belakangan ini.

"Tak hanya mengucapkan syukur atas hasil panen tahun ini, harapan kami, semoga terjalin silaturahim antarumat yang lebih erat dan lebih baik ke depannya," ucap Wakil Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Etnik Tionghoa Tasikmalaya, Lungnajaya, atau yang biasa disapa Ko Aun di Wihara Avalokitesvara di Tasikmalaya, Jawa Barat, kemarin.

Menurutnya, kebersamaan dalam keberagaman di Indonesia harus terus dipupuk dan dijaga sehingga tidak ada lagi perpecahan yang disebabkan perbedaan prinsip dan pandangan hidup.

Senada, anggota DPRD dari Fraksi NasDem, Tjahja Wandawa, mengingatkan toleransi berasal dari toleran yang artinya saling menghargai, saling menghormati, dan tidak saling memaksakan kehendak. "Kita harus waspada di tahun politik ini dan perlu diwaspadai jangan sampai kecolongan oleh pihak tertentu yang kelihatannya membawa misi sendiri lewat perusakan pondok pesantren, gereja, masjid, penganiayaan ulama, dan tokoh agama," imbuhnya.

Bambang, pengelola Wihara Widhi Sakti di Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengatakan Tahun Baru Imlek 2569 yang ber-shio Anjing Tanah membawa arti tersendiri di tahun politik ini.

"Kalau anjing suka menggonggong, tapi ada unsur tanahnya yang bersifat adem. Meskipun di tahun politik, kita akan tenang dan adem. Artinya kita selalu menjaga kerukunan antarumat beragama," kata Bambang.

Tidak hanya etnik Tionghoa, perayaan Imlek yang diramaikan dengan atraksi barongsai juga menarik warga lainnya. "Saya muslim, tapi ingin melihat Imlek ke kelenteng. Kan enggak apa-apa karena sesama umat beragama harus saling dukung," kata Nataya, 35, ibu rumah tangga, saat ditemui di Wihara Widhi Sakti.

Nataya membawa serta kedua anaknya untuk melihat pertunjukan barongsai Ghe Say. Menurut dia, barongsai harus dilestarikan karena merupakan seni dan budaya. "Saya juga senang melihatnya. Kan ini seni dan budaya. Anak-anak semua senang melihatnya," ujar dia.

Sementara itu, PT KAI (Persero) Daop 6 Yogyakarta mengadakan pertunjukan Barongsai dari Mutiara Naga Jogja di Halaman Stasiun Tugu sisi selatan, kemarin. Atraksi barongsai juga dinikmati ratusan warga Tionghoa yang memadati Kelenteng Hong San Ko Tee di Jalan HOS Cokroaminoto, Surabaya.

Atraksi barongsai di Kelurahan Oesapa, Kupang, NTT, dihelat di halaman salah satu gudang di Jalan Timor Raya.

Penampilan barongsai juga menyedot perhatian masyarakat di pintu keberangkatan Terminal 2 Bandara Juanda, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kemarin.

Terjual habis

Libur Imlek yang beriringan dengan libur akhir pekan membuat kepadatan penumpang di Bandara Juanda meningkat daripada pada hari-hari biasa.

Penerbangan tujuan wisata seperti Bali dan Lombok menjadi primadona para penumpang. Sembilan penerbangan tujuan Denpasar yang dilayani empat maskapai, termasuk extra flight yang diterbangkan, sudah terjual habis meski harga tiket melonjak.

Selain bandara dan stasiun, suasana Imlek terlihat di Kebun Binatang Gembira Loka (GL Zoo) Yogyakarta. Pada libur Imlek ini kebun binatang terbesar di wilayah DIY itu dihiasi lampion, pohon angpau, dan pernik-pernik warna merah menyala.

Para pengunjung khususnya anak-anak disapa Biksu Shaolin yang menenteng toya atau tongkat panjang. GL Zoo juga membagikan angpau berisi voucer senilai Rp10 ribu, yang bisa dimanfaatkan sebagai transaksi untuk naik wahana yang dioperasikan di GL Zoo.

(BB/HS/FL/LD/AT/SL/PO/AO/YH/AU/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya