Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya menyadari tingginya potensi bencana alam di wilayah tersebut. Berbagai risiko seperti gempa, longsor, dan banjir bisa terjadi di wilayah selatan itu.
Selain melibatkan kekuatan dari unsur pemerintah dan relawan, kini masyarakat khususnya kalangan pesantren dan ulama pun turut dilibatkan untuk mengantisipasi bencana tersebut. Salah satunya melalui Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Pondok Pesantren yang dilakukan di Pendopo Lama Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (7/2).
Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum hadir langsung untuk memberi arahan dan bimbingan kepada peserta. Di hadapan peserta, Uu menyebut wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki banyak keunggulan, khususnya terkait dengan alam.
Potensi pertanian hingga lautan bisa dengan mudah dirasakan setiap masyarakatnya. Namun, Uu pun tidak memungkiri bahwa daerah luas yang dipimpinnya itu memiliki topografi wilayah yang rawan bencana.
Bahkan, menurutnya, frekuensi kebencanaan di wilayahnya tergolong tinggi. Dia menyebut bencana alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, dan tsunami harus diakui bisa terjadi kapan saja di Kabupaten Tasikmalaya.
Bahkan, lanjutnya, Kabupaten Tasikmalaya menjadi daerah nomor dua yang paling banyak bencana. Oleh karena itu, menurutnya, perlu peran dan kerja sama semua pihak untuk mengantisipasi datangnya kejadian alam tersebut.
“Perlu penanganan yang sistematis, terpadu dan terkoordinasi. Kita harus selalu waspada,” katanya.
Dia berharap masyarakat mampu melakukan penanganan antisipasi bencana di lingkungan masing-masing. Jika itu terjadi, ia meyakini dampak bencana tidak akan terlalu besar.
“Tanpa berarti kami lepas tanggung jawab, kami berharap masyarakat bisa menangani sendiri sebelum bantuan datang dari pihak luar seperti pemerintah dan relawan,” katanya.
Oleh karena itu, Uu meminta ulama menyosialisasikan upaya menghadapi bencana kepada masyarakat agar siap siaga di wilayah masing-masing. Dia percaya keberadaan pesantren dan pemuka agama mampu menjadi acuan warga dalam bersikap. “Pondok pesantren menjadi garda terdepan. Jadi, harus juga siap siaga terhadap bencana,” katanya.
Dengan ulama dan pesantren yang siap siaga terhadap bencana, Uu optimistis hal ini akan ditularkan kepada masyarakat. “Sehingga warga pun siap siaga menghadapi bencana,” ujarnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya EZ Alfian mengatakan pelatihan itu merupakan agenda prabencana untuk memberi pemahaman kepada masyarakat agar dapat bertindak dengan baik saat bencana datang.
Selain diberi pemahaman kebencanaan, warga pun dilatih tindakan penolongan pertama. “Kami ingin pondok pesantren menjadi lembaga yang memiliki kemandirian dalam menghadapi setiap bencana,” katanya. (BY/S1-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved