Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
KERUSAKAN ekosistem di kawasan hulu atau Km 0 Sungai Citarum, tepatnya di Situ Cisanti Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, rusak parah. Kawasan hutan juga kritis. Sekitar 2.670 hektare hutan dalam keadaan kritis dan sekitar 212 ribu hektare hutan terancam kritis. Akibatnya, bila musim hujan tiba, sejumlah daerah, seperti Majalaya, Banjaran, dan Dayeuhkolot, selalu langganan banjir. Untuk memperbaiki lagi, pasukan Siliwangi melakukan kegiatan perbaikan petilasan dan mata air Citarum. Kapendam III Siliwangi, Kol Arh M Desi Aryanto, mengatakan sumber mata air Sungai Citarum berasal dari tujuh mata air yang ada di Situ Cisanti. Air mata purba itu semula dikelilingi rumput liar. Jalan menuju mata air masih berupa tanah dan dikhawatirkan bisa longsor. “Kita perkuat dan memberi keindahan sehingga selain mata air tetap terjaga, masyarakat tetap menikmati indahnya mata air tersebut,” kata Desi Aryanto di Bandung, Senin (12/2).
Lewat kerja sama dengan Paguyuban Budi Asih, Kodam III/Siliwangi telah menyiapkan 125 juta pohon, terdiri atas 100 juta tanaman ekonomis dan 25 juta tanaman ekologis yang akan ditanam di sekitar area hulu Sungai Citarum. “Bibit pohon tersebut nantinya ditanam di 80 ribu hektare di kawasan konservasi yang sudah mau kritis, sekaligus menanam bibit pohon baik yang ekologis maupun ekonomis,” tambahnya. Saat ini kegiatan pembibitan dilakukan 200 prajurit Siliwangi. Mereka akan membangun barak di dekat lokasi pembibitan bersama dengan tim pembibitan dari Paguyuban Budi Asih dan masyarakat petani Situ Cisanti.
Relokasi
Selain menghijaukan hulu Sungai Citarum, penataan di hulu Sungai Cisanti akan dilakukan dengan cara merelokasi warga. Warga setempat yang semula bermata pencaharian sebagai perambah hutan akan dialihkan menjadi peternak unggas dan budidaya ikan.
Satgas Citarum Harum direncanakan merelokasi seluruh rumah warga yang berada di bantaran sungai, mulai hulu hingga hilir Citarum, sebagai upaya normalisasi. Sejumlah 360 rumah akan direlokasi secara bertahap yang dimulai dari kawasan hulu Desa Tarumajaya, Kabupaten Bandung.
“Sebanyak 360 kepala keluarga terkena dampak sudah bersedia dipindahkan. Warga yang direlokasi akan diberi rumah baru dengan dana pembangunan dari APBN. Semua ditanggung pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” jelas Pangdam III Siliwangi, Mayjend Doni Monardo, saat meninjau Desa Tarumajaya beberapa waktu lalu.
Rumah-rumah yang dibangun untuk warga diklaim memiliki daya tahan serta kekuatan dalam menampung beban. Doni menargetkan dalam tiga bulan ke depan tahapan relokasi tersebut mampu menyelesaikan pembangunan 360 rumah. “Setiap bulan direncanakan mendirikan 120 unit rumah. Rumah ini juga terbuat dari beton dan fiber sehingga cukup ringan, tapi cukup kuat,” tambahnya.
Pada kesempatan sama Kazidam III/Siliwangi, Kol Hari Darmika mengatakan relokasi itu harus dilakukan karena area bantaran sungai harus steril dari bangunan. Jarak bangunan dengan bibir sungai harus 10-15 meter.
Dia berharap relokasi tersebut menjadi contoh bagi daerah lain yang akan disterilkan sebab di kompleks yang baru akan dibangun pula sanitasi air kotor dan air bersih, MCK yang representatif, dan IPAL komunal. “Ini juga sebagai daya tarik masyarakat agar mau berpindah dari posisi sekarang,” kata Hari. (BY/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved